Grid.ID – Rekor baru dalam jumlah devisa pariwisata (tourism receipt) maupun kunjungan wisatawan selama (visitor arrivals) tiga tahun berturut-turut tercipta di Industri Pariwisata Singapura.
Mereka kembali mengalami pencapaian yang luar biasa pada 2018.
Kinerja positif terjadi pada sektor utama industri pariwisata yaitu BTMICE, Perhotelan, dan Kapal Pesiar.
Devisa pariwisata Singapura tumbuh 1,0% menjadi S$27,1 miliar, terutama berkat pertumbuhan kunjungan wisatawan dari hampir seluruh 15 negara utama penyumbang wisatawan ke Singapura dan juga belanja yang lebih tinggi oleh wisatawan dari lima pasar utama penyumbang devisa pariwisata.
Baca Juga : Kementerian Pariwisata Resmikan Wonderful Culinary and Shopping Festival di Hari Batik Nasional
Rekor pertumbuhan jumlah wisatawan dari delapan negara mendorong kenaikan jumlah kunjungan wisatawan sebesar 6,2% menjadi 18,5 juta.
Chief Executive Singapore Tourism Board (STB) Keith Tan mengatakan, “Kami sangat senang bahwa sektor pariwisata Singapura berkinerja baik meskipun ada sejumlah ketidakpastian ekonomi."
"Kami beruntung berkat dampak positif dari sejumlah faktor, seperti masih kuatnya kebutuhan perjalanan (travel demand) Asia Pasifik, meningkatnya konektivitas penerbangan ke Singapura, dan digelarnya berbagai ajang penting."
"Ikut menggembirakan kami juga, bahwa upaya pemasaran dan kolaborasi dengan mitra industri akhirnya membuahkan hasil,” imbuhnya.
Indonesia tetap menjadi pasar terbesar kedua Dari Januari sampai September 2018, devisa pariwisata dari wisatawan Indonesia tumbuh 8% dan melampaui pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan Indonesia yang mencapai 2%.
Baca Juga : 5 Kuliner Khas Indonesia Rekomendasi Kementrian Pariwisata yang akan Terus Dipromosikan
Hal ini membuat posisi Indonesia tetap bertahan sebagai penyumbang devisa pariwisata terbesar kedua setelah China.
Di antara lebih dari 3 juta wisatawan Indonesia yang datang ke Singapura, jumlah kunjungan wisatawan yang berasal dari kota-kota di luar Jakarta mengalami pertumbuhan lebih pesat dibandingkan yang dari Jakarta.
Tren seperti ini sesuai dengan pertumbuhan kelas menengah serta kenaikan jumlah perjalanan ke luar negeri dari seluruh wilayah Indonesia