Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Suminar
Grid.ID - Biyan Wanaatmadja, namanya sudah tidak diragukan lagi karena kepiawaiannya dalam mengolah kain menjadi suatu karya busana yang menakjubkan.
Sosoknya selalu punya cara luar biasa dalam menterjemahkan warisan budaya Indonesia yang kaya menjadi karya-karya busana yang indah.
Berkiprah hampir dari tiga dekade, kali ini Biyan menuangkan karyanya dengan mengolah kain tenun dari Sumba sebagai bentuk kecintaanya terhadap kain Nusantara.
Keindahan Indonesia selalu mengilhami Biyan dalam berkarya, salah satu nya adalah Sumba, Nusa Tenggara Timur.
(BACA: Jangan Langsung Mandi! Lakukan Hal Ini Setelah bangun Tidur, Dijamin Tubuhmu Makin Bugar)
Sumba memiliki tempat tersendiri di hati Biyan, dengan gugusan kepulauan yang kaya akan keindahan alam, seni budaya, hunian tradisional, pusara megalitikum, pantai dan pesisirnya yang indah.
Melalui show yang digelar di The Darmawangsa Hotel, pria kelairan 63 tahun silam ini menunjukkan karyanya yang bertajuk Humba Hammu.
Humba Hammu memiliki arti Sumba yang indah, dengan warisan budaya berupa kain tenun yang sangat indah, Biyan menyadari bahwa kain tersebut tidak dapat hadir tanpa hasil dari tangan pengrajin-pengrajin di Sumba.
Humba Hammu ditujukkan sebagai jembatan antara pengrajin di Sumba dengan konsumen dan masyarakat luas, serta membuka mata generasi muda dan dunia tengan sebuah nama bernama Sumba.
Kenapa Sumba, Biyan pun seolah tidak mempuyai jawaban lain selain ia jatuh cinta terhadap Sumba.
"Yang paling mudah saya deskripsikan disini adalah, saya sedang jatuh cinta terhadap Sumba," ujar Biyan, saat ditemui di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (15/11/2017).
Dalam peragaan busana kali ini, terdapat 90 look yang ditampilkan, pada awalnya ia hanya berencana menampilkan 40 sampai dengan 50.
"Awalnya berencana 40 atau 50 look, eh ternyata malah jadi 90 busana, kesulitan ya pasti ada, tapi kalau udah jatuh cinta, apa aja bakal dilakuin," ucap Biyan.
(BACA: Pilih Kalimat dari Truk Pantura, Begini Ungkapan Cinta Tika Bravani untuk Dimas Aditya)
Peragaan busana dimulai dengan iringan musik khas yang dimainkan oleh bapak lelaki paruh baya.
Lantunan musik tradisional serta nyanyian mengiringi masuknya arak-arakan yang terdirii dari beberapa wanita dan pria Sumba.
Arak-arakan kembali dan berganti dengan munculnya model satu persatu dengan balutan busana tenun karya dari sang perancang.
Model perempuan dan pria pun melenggang cantik mengelilingi pendopo kecil berukuran persegi di hadapan para tamu undangan.
Desainer handal ini berhasil membuat takjub para pengunjung dengan keindahan busana yang ditampilkan dengan siluet feminin dan elegan yang sudah menjadi ciri khasnya.
(BACA: Baru 3 Bulan Bercerai, Atalarik Syach Sudah Panggil Sayang ke Artis Cantik Ini Sambil Marah-marah!)
Dalam koleksinya kali ini Biyan bereksplorasi dengan kain tenun yang dijadukan sebagai bahan dasar gaun panjang, kemeja.
Tak lupa ia mengolah kain tenun Sumba yang dikombinasikan dengan material-material lain dengan teknik patchwork yang juga menjadi ciri khasnya.
Berbagai detail seperti bordir beading, fringe, dan sulaman karang menghiasi koleksi-koleksi indahnya.
Detail tersebut seolah memperkaya 'cerita' dan 'rasa' pada tiap busana kreasinya yang berakar pada kecintaan terhadap budayanya.
Kain sumba yang mempunyai karakterisitik rustic terpadu ringan dengan bahan-bahan luxurious seperti silk lame, jacquard, ataupun katun.
Material tersebut dibuat dalam beragam pieces seperti jaket, coat, outwear, dan blouse, yang dibawakan cantik oleh para model.
Selain itu, Biyan memadupadankan kain Sumba dengan berbagai tampilan yang tidak biasa namun tetap cantik dan modis sehingga bisa dijadikan inspirasi untuk acara yang lebih formal.
Parade Fashion ini ditutup dengan keseluruhan model memasuki pendopo yang diirngi latunan lagu berlirik nusantara, serta arak-arakan kembali ke pendopo untuk menutup peragaan tersebut.
Show ditutup dengan meriah dengan tepuk tangan dan ucapan selamat dari tamu undangan.
Karya yang sangat indah, selamat Biyan. (*)