Sementara itu, pada 2017, tercatat pelaku ekonomi kreatif mengakses modal dari perbankan sebesar Rp 192, 9 miliar dari target Rp 280 miliar.
Dengan demikian, total capaiannya sebesar Rp 7,86 triliun.
Diharapkan, ekonomi kreatif berkembang menjadi soft power yang dapat diandalkan oleh Indonesia untuk meningkatkan posisi di pasar global.
Salah satu langkahnya adalah melibatkan para calon duta besar (dubes), yang merupakan perwakilan Indonesia di negara lain.
Saat ini, Bekraf tengah mengembangkan berbagai program yang memerlukan dukungan jejaring internasional kuat, seperti Diplomasi Soto, Kopi, dan Tenun.
Namun, diplomasi kuliner dan fashion tersebut tak akan berhasil bila para duta besar yang menjadi perwakilan Indonesia tak gencar berpromosi.
Secara keseluruhan, Bekraf membidangi 16 subsektor ekonomi kreatif, antara lain fashion, film dan animasi, kuliner, kriya, seni rupa,
seni pertunjukan, seni musik, arsitektur, desain komunikasi visual, desain produk, pengembang aplikasi dan games, televisi dan radio, serta fotografi.
Ke-16 subsektor tersebut diharapkan menjadi andalan baru penggerak perekonomian nasional.
Baik dari sisi kontribusi terhadap produk domestik bruto, peningkatan ekspor, maupun penyerapan tenaga kerja.
Jika sektor industri kreatif Indonesia betul-betul digarap secara baik, besar kemungkinan Indonesia bias Berjaya di skala Internasional seperti yang terjadi pada Korea dengan K-Pop-nya.
"Sebab, apa pun industri kreatif itu telah menjadi kekuatan kita. Jika industri kreatif digarap secara baik, anak-anak muda diberi ruang kreatif untuk berinovasi dan berkreativitas, bisa untuk dibawa ke luar," ujar Presiden RI Joko Widodo usai menonton festival musik We The Fest di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (11/8/2017). (*)