Para peneliti memeriksa hasil survei yang dihelat antara tahun 2004 sampai 2010, termasuk di antaranya menyangkut 11.000 responden berusia 50 tahun ke atas.
Setelah menyesuaikan angka statistik, para peneliti menemukan adanya keterkaitan antara tipe interaksi yang dimiliki seseorang dengan orang lain dan kecenderungan munculnya gejala depresi dua tahun kemudian.
Para peneliti menyimpulkan bahwa tingkat depresi tidak dipengaruhi tingkat komunikasi dengan telepon, surat, atau e-mail.
Namun, mereka yang berkomunikasi dengan teman dan keluarga secara langsung bertatap muka setidaknya setiap beberapa bulan sekali atau kurang dari itu malah menunjukkan tingkat gejala depresi yang lebih tinggi.
Dua tahun kemudian, para peneliti menemukan 12 persen dari responden yang disebut di atas, atau yang jarang bertatap muka, menunjukkan tanda-tanda depresi.
Sebagai perbandingan, hanya 8 persen responden yang melakukan kontak langsung tatap muka sebanyak satu atau dua kali sebulan.
Lalu, 7 persen yang bertemu langsung sekali atau dua kali sepekan menunjukkan tanda depresi.
Intisari studi terurai di atas telah dipublikasikan pada Journal of the American Geriatrics Society yang diterbitkan pada Senin (5/2015) lalu. (*)
( Kompas / Sakina Rakhma Diah Setiawan )
Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul "Berbincang Tatap Muka Ternyata Ampuh Usir Depresi"