Grid.ID – Perjalanan hidup manusia memang tak bisa ditebak siapa pun. Bak roda, kehidupan terus berputar siapa saja bisa bertukar nasib.
Hal inilah yang dialami Nik Gugger, politisi Swiss berdarah India. Dulunya dia hanya bocah miskin dan telantar di negara bagian Kerala.
Nik lahir pada pukul 01.20 dini hari pada 1 Mei 1970 di RS Lombard Memorial, di kota Udupi, Kerala, India.
Sungguh malang nasib Nik, sesaat setelah dilahirkan, sang ibu yang bernama Anasuya memutuskan untuk meninggalkannya.
Baca Juga : Brisia Jodie Ditolak Mentah-Mentah Sama Iis Dahlia Buat Jadi Pacar Anaknya, ini Alasannya!
"Berikan anak ini kepada keluarga yang akan merawatnya dengan baik," ujar Anasurya kepada Dr ED Pflugfelder sebelum meninggalkan rumah sakit, menurut harian Manorama.
Lalu bagaimana seorang bayi yang ditinggalkan ibunya di Kerala bisa menjadi anggota Parlemen Swiss? Kisahnya sungguh luar biasa.
Di saat yang hampir bersamaan, sepasang suami istri berkebangsaan Jerman, Fritz dan Elizabeth Gugger, datang ke RS Lombard Memorial untuk pengobatan malaria.
Saat itu, Fritz bekerja sebagai staf pengajar di Yayasan Pelatihan Teknik Nettur di kota Thalasseri.
Di rumah sakit itu, Fritz dan istrinya mendengar kisah bayi yang ditelantarkan ibunya tanpa banyak pertimbangan keduanya kemudian membawa pulang si bayi.
Baca Juga : Viral Foto Bayi Terlahir Masih Terbungkus Kantung Ketuban, Wajahnya Jelas Terlihat
Selama dua tahun, keluarga Guggers menunggu ibu kandung bayi ini untuk datang.
Meski sudah memasang iklan soal bayi ini di surat kabar, sang ibu kandung tak kunjung muncul.
Akhirnya bayi yang diberi nama Niklaus "Nik" Samuel Gugger itu terus dipelihara hingga dewasa oleh pasangan Jerman tersebut.
Nik hingga kini masih membawa potongan iklan koran yang dipasang ayah dan ibu angkatnya untuk mencari sang ibu kandung.
Tahun pertam Nik dihabiskan di kota Thalassery, India, tempat Fritz bekerja dalam sebuah proyek pembangunan.
Saat Nik berusia empat tahun, keluarga itu kemudian pindah ke Uetendorf, Swiss.
Di kota itu, ayahnya bekerja di pusat rehabilitasi untuk penyandang bisu dan tuli.
Oleh karena itu, tak heran Nik sudah banyak berhubungan dengan kelompok disabilitas sejak kecil.
Kemudian, Fritz mengelola sebuah panti jompo di kota yang sama sehingga Nik ikut tumbuh di lingkungan para orang lanjut usia.
Baca Juga : Tak Banyak yang Tahu, Jika 3 Tokoh Marvel ini Telah Meninggal Dunia
Kedua pengalaman sosialnya itu teryata bermanfaat bagi Nik di kemudian hari dan membuat dia dipercaya menjadi pemimpin Uetendorf.
Di sisi lain, Nik adalah seorang sarjana mesin yang menyelesaikan pendidikannya di Steffisburg.
Dia kemudian melanjutkan pendidikannya di bidang psikologi, manajemen, dan inovasi di kota Basel.
Tak hanya itu, dia juga masih melanjutkan studi doktor yang membuatnya sebagai profesional di bidang kepemudaan dan kerja sosial.
Pada 1994, dia menikah dan sudah memiliki tiga anak. Nik dan keluarganya kini tinggal di kota Winterthur.
Di Wulfingen, sebuah distrik di kota Winterthur, Nik menjadi anggota kelompok kerja untuk penempatan kerja bagi para pemuda.
Baca Juga : Seorang Wartawan Prancis Menyamar dan Menyusup ke Sarang ISIS, Ia Terkejut Tak Temukan Islam di Dalamnya
Pada 2003, dia ditugaskan Gereja Reformasi Protestan untuk membangun sebuah gereja pemuda di kota Winterthur.
Pada 2002, Nik terjun ke dunia politik dan fokusnya adalah pada isu-isu finansial dan keuangan.
Pada 2002-2004, dia menjadi anggota Dewan Kota Winterthur, dan sejak Mei 2008 dia dipercaya memimpin Partai Rakyat Evangelis Swiss (EPP).
Pada 2014-2017, Nik menjadi anggota Dewan Kanton Zurich. Dalam pemilihan Dewan Gubernur Kanton Zurich pada 12 April 2015, Nik bergabung dengan EPP sebagai kandidat.
Pada 2015 juga Nik mencalonkan diri sebagai kandidat anggota parlemen. Dan, pada 27 November 201, dia terpilih menjadi anggota parlemen Swiss.
Baca Juga : Curi Perhatian di Debat Capres Putaran ke Dua, Siapa Sangka Tommy Tjokro Jadi Hot Daddy Kalau di Rumah
Setelah menjadi anggota parlemen, Nik banyak menekan perusahaan teknologi agar membatasi penggunaan surat elektronik anonim.
Meski sudah mapan di Swiss, Nik tak melupakan India.
Di kota Thalassery, Nik mengelola Yayasan Gundert yang fokus pada pendidian modern untuk anak-anak India dari semua kasta.
Nik juga menjadi salah satu pendiri dan anggota dewan perusahan konsultan Herzkaftwek AG di Winterthur.
Perusahaan ini menawarkan pelatihan bagi para pengambil keputusan di perusahaan atau organisasi nir-laba.
Tak berhenti di sana, Nik juga adalah seorang pengusaha pemilik merek minuman jahe Zingi yang terkenal di Swiss.
Di Winterthur dia juga memiliki sebuah restoran bernama Concordia. (*)
Artikel ini telah tayang di Nakita dengan judul, “Ditelantarkan Sang Mama Saat Lahir, Pria Ini Tumbuh Jadi Tokoh Dunia, Begini Kisahnya yang Penuh Haru!”