Grid.ID - Kisah seorang pria bernama Dr Abdul-Munim Sombat Jitmoud ini akan membuat kamu menangis haru.
Dia adalah satu dari sedikit warga muslim yang pernah tinggal di Amerika Serikat.
Saat tinggal di Amerika, Abdul Munim mendapat cobaan yang sangat berat.
Istrinya meninggal dunia.
( BACA : Suami Alami Penyakit Kulih Melepuh Hingga Buta, yang Dilakukan Istri Ini Bikin Semua Orang Kagum )
Dua tahun setelahnya, ia kembali menghadapi ujian.
Anaknya meninggal setelah ditusuk perampok.
Tapi, alih-alih marah, Munim malah memaafkan, bahkan memeluk pria yang telah membunuh anaknya.
Pemandangan itu pun membuat hampir semua orang di Pengadilan Kentucky, Amerika Serikat, menangis, pada 9 November 2017 lalu
Momen yang sungguh mengharukan ini berawal dari peristiwa dibunuhnya anak Munim, pada 19 April 2015.
Anak Munim yang bernama Salahuddin Jitmoud, saat itu melakukan pekerjaan sambilan sebagai pengantar pizza.
Ia mengantar pizza ke sebuah daerah di Lexington, Kentucky, AS.
Itu adalah pizza terakhir yang harus ia antar pada malam itu.
( BACA : Rumahnya Dibilang Adem, Intip Yuk Kerennya Kediaman Soimah! )
Di tengah jalan, Salahuddin dirampok oleh tiga pria.
Salah satunya adalah Trey Relford (24), yang kemudian menusuk Salahuddin sampai tewas.
Pada 9 November 2017, Relford akhirnya divonis bersalah oleh hakim.
Dalam persidangan, Relford pada akhirnya diganjar hukuman 31 tahun penjara.
Nah, hakim kemudian memberi kesempatan pada Munim untuk mengutarakan pendapatnya.
Kalimat yang dilontarkan Abdul Munim, di luar dugaan dan membuat syok seisi ruang pengadilan.
Dengan intonasi pelan, kalimat yang keluar dari mulut Munim sungguh mengharukan.
"Anakku, keponakanku, Aku memaafkanmu,"
"Mewakili Salahuddin dan ibunya, Aku tidak menyalahkanmu atas kejahatan yang telah kau lakukan,"
"Aku tidak marah padamu, karena kamu terlibat menyakiti anakku,"
"Aku marah pada iblis,"
"Aku menyalahkan iblis,"
"Yang telah membimbing dan menuntunmu ke jalan yang salah,".
"Untuk melakukan sebuah kejahatan yang mengerikan,"
"Memaafkan.... menjadi berkah atau amalan terbesar, dalam Islam,"
Setelah mengatakan hal tersebut, ruang sidang diselimuti rasa haru luar biasa.
Pengacara Relford, seorang wanita kulit putih, terlihat menangis.
Bahkan, hakim sampai memutuskan sidang reses, karena terus menerus mengusap air matanya.
Relford sendiri hanya bisa meminta maaf kepada Munim.
"Aku sungguh kagum padamu, karena hanya orang kuatlah, yang bisa memaafkan mereka yang telah menyakiti orang tercintanya," ujar Relford.
"Aku tak bisa membayangkan kepedihan di hatimu, aku sungguh minta maaf dan berterima kasih untuk semuanya," ujar Relford.
Setelah itu, Munim menyalami Relford.
Ia pun memeluk Relford dengan hangat, seperti pelukan seorang ayah pada anaknya.
Terlihat Relford, seorang pemuda dengan badan tegap, tak bisa membendung air matanya.
Saat tinggal di Amerika, Abdul Munim bekerja sebagai pengawas di sebuah sekolah Islam.
Saat ini Munim menjalani hidup di Thailand. (*)