Grid.ID-Penelitian menyebutkan, menikah nyatanya efektif untuk membuat seseorang hidup lebih lama.
Tak hanya sehat fisik, orang yang sudah menikah cenderung sehat secara mental dan emosional karena sudah ada pasangan yang mendampingi.
Seorang peneliti Dr. Ben Michaelis dikutip dari laman Elite Daily juga mengatakan, pasangan yang sudah menikah tentunya akan saling mendukung satu sama lain sehingga kehidupannya juga lebih sehat.
Namun, apa jadinya apabila perempuan kota yang cantik jelita menikah dengan pria yang berasal dari suku pedalaman?
Baca Juga : 3 Kali Menikah, Dewi Perssik Ngaku Tak Pernah Lakukan Hal ini dengan Suami Sebelumnya
Ternyata hal ini bukanlah isapan jempol semata loh, melainkan memang benar terjadi di dunia nyata.
Apakah pernikahan tersebut karena terpaksa atau karena cinta yang tulus? Berikut ulasannya dikutip dari bangka.tribunnews.com!
- Sarah Begum
Sarah Begum merupakan perempuan asal Inggris yang dikenal memiliki sifat cerdas dan paras yang menawan.
Ia merupakan seorang pembuat film dokumenter yang cukup terpandang di Inggris.
Namun, siapa sangka bukan pria kota jodohnya, melainkan seorang pria yang berasal dari suku pedalaman.
Tentu saja Sarah tak pernah menyangka dirinya akan menikah dengan ksatria suku Huaorani yang berada di hutan Amazon Ekuador.
Bagaimana kisah cintanya bermula?
Baca Juga : Dijuluki Master Photoshop, Pria ini Edit Foto Dirinya Bersama Barack Obama, Bikin Ngakak!
Kisah cinta bermula ketika Sarah mengunjungi hutan Amazon Ekuador dan menemui suku Huaorani.
Suku Huaorani telah menempati hutan Amazon sejak ribuan tahun silam.
Tempat tinggal suku Huaorani tepatnya berada di sepanjang aliran sungai Napo dan ke sungai Curaray yang nama wilayahnya sering disebut Quehueri’ono.
Wilayah ini sangat sulit dijangkau. Harus menggunakan mobil yang kemudian dilanjut berjalan kaki.
Untuk sampai di lokasi tempat tinggal suku Huaorani pun tak mudah.
Tak jarang banyak gangguan binatang buas dan tumbuhan beracun menjadi momok yang banyak ditakuti.
Selain itu, nyamuk di hutan Amazon dikenal ganas karena bisa meninggalkan larva dalam tubuh manusia.
Sarah mengunjungi tempat tinggal suku Huaorani dengan tujuan untuk berlibur dan membuat film dokumenter.
Kedatangan Sarah awalnya sempat membuat ketegangan karena suku Huaorani sangat tertutup dari dunia luar.
Sebab, kehadiran Sarah ditakutkan bisa menganggu ketentraman suku tersebut.
Bahkan, suku Huaorani dikenal sebagai suku yang paling berbahaya di hutan Amazon.
Suku Huaorani tak segan melukai siapapun yang dianggap mengganggu keberadaannya.
Dalam catatan sejarah, suku ini tidak pernah kalah dalam berperang menghadapi para penjajah yang ingin menguasai hutan Amazon.
Kepiawian dalam berperang serta pemahaman yang mendalam tentang seluk-beluk hutan Amazon membuat suku ini sangatlah ditakuti.
Selain itu, suku ini juga memiliki senjata andalan yang sangat ditakuti.
Senjata tersebut adalah Tapa yang berbentuk seperti sumpit sepanjang 2 meter yang sudah mengandung racun.
Racun tersebut diberi nama curare.
Baca Juga : 13 Tahun Menikah, Pria ini Ceraikan Isterinya Karena Hanya Mandi dan Berhubungan Seks Setahun Sekali
Racun curare biasanya diperoleh dari spesies tanaman Chondondendron tomentosum dan Strychnos toxifera, yang merupakan tanaman beracun andalan suku-suku penghuni hutan Amazon.
Ketika Tapa menusuk tubuh korbannya, maka korban seketika akan lemas dan beberapa saat kemudian jantungnya akan berhenti berdetak!
Setelah melakukan negosiasi yang panjang akhirnya suku tersebut menerima kehadiran Sarah.
Selama dua minggu tinggal di suku Huaorani, Sarah tinggal dengan pakaian dan gaya hidup layaknya penduduk lokal.
Suatu malam, Sarah diundang untuk bertemu dengan para sesepuh suku Huaorani.
Tak disangka, pada pertemuan tersebut Sarah diminta untuk melepas semua bajunya jika memang ingin hidup seperti suku Huaorani!
Suku Huaorani memang dikenal dengan kebiasaan yang tak pernah memakai pakaian bahkan sehelai benang pun untuk menutupi tubuh.
Selain itu, suku ini juga dikenal menggantungkan semua kehidupannya ke alam.
Sarah yang semula menolak akhirnya mengalah demi izin tinggal di suku pedalaman tersebut.
Sesaat setelah melepas semua bajunya, Sarah mendapat gelar kehormatan dan dinikahkan dengan ksatria bernama Ginkto.
Pernikahan antara Sarah dan ksatria Ginkto berlangsung sangat meriah.
Pesta pernikahan berlangsung selama beberapa hari dengan disambut penuh sukacita oleh penduduk suku Huaorani.
Tak disangka, liburannya ini justru membuat Sarah menemukan jodohnya.
Sarah menilai Ginkto merupakan seorang pria yang luar biasa untuk dirinya.
Baca Juga : Terlihat Memilukan, 13 Hal ini yang Terjadi Pada Jasad Abadi Gunung Everest
- Cheryl Mason
Kisah cinta Cheryl Mason dengan pria dari suku pedalaman cukup unik.
Sebelumnya, Cheryl Mason telah menikah dengan seorang pria dan hidup bahagia bersama anak-anaknya.
Namun, perasaan cinta Cheryl kepada suaminya seketika hilang ketika dirinya bertemu dengan seorang pria dari suku pedalaman.
Pertemuan Cheryl Mason dengan pria suku pedalaman terjadi saat dirinya melangsungkan liburan di Kenya.
Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan suku Maasai.
Merasa tertarik, Cheryl bertekad untuk mengenal lebih jauh mengenai kehidupan suku Maasai.
Tentang suku Maasai
Suku Maasai tinggal di Tanzania, Afrika yang dikenal sebagai suku terkuat.
Para penduduk suku Maasai dikenal memiliki kondisi fisik yang sangat kuat.
Penduduk Maasai bisa berlari lebih jauh daripada singa!
Para pria di suku Maasai dikenal sangat disegani suku-suku lain di Afrika.
Semua pria suku Maasai begitu beranjak dewasa akan menjadi prajurit.
Pria suku Maasai siap menjaga wilayahnya dengan senjata berupa tombak dan berburu hewan demi keberlangsungan hidup keluarganya.
Salah satu tanda kedewasaan bagi seorang pria suku Maasai adalah mampu berburu singa.
Padahal, singa di wilayah tersebut sangatlah buas dan agresif.
Prosesi perburuan singa biasanya dilakukan secara berkelompok, hingga mencapai 10 orang.
Pada satu kelompok, terdapat tim prajurit tua yang menjadi pemimpin dan tim prajurit muda yang sedang melakukan uji kedewasaan.
Para pemburu berangkat di pagi buta ketika para perempuan masih tidur.
Baca Juga : Mengenal Suku Kalash, Tempat Para Wanita Bermata Biru Bermukim
Pertemuan Cheryl dengan pria suku Maasai
Saat sedang mempelajari seluk beluk suku Maasai, Cheryl bertemu dengan seorang pria bernama Lekimenju.
Pertemuan pertama dengan Lekimenju membuat Cheryl jatuh cinta.
Ia bahkan rela menceraikan suaminya yang setia menanti di rumah.
Cheryl seolah tersihir dengan pesona Lekimenju dan segera melangsungkan pernikahan keduanya.
Namu, pernikahan Cheryl ini tak disetujui pemerintah Inggris dan disebut sebagai pernikahan illegal.
Karena rasa cinta yang begitu dalam, Cheryl berupaya sekuat tenaga untuk membawa Lekimenju ke Inggris.
Sayangnya, Lekimenju justru beberapa kali dideportasi.
Berkat usaha keras Cheryl, akhirnya Lekimenju berhasil mendapat visa.
Cheryl dan Lekimenju hidup bersama di Inggris, tepatnya di Isle of Wight.
Setelah beberapa saat membina rumah tangga, Cheryl hamil benih cintanya dengan Lekimenju.
Sayangnya, ketika Cheryl mengandung buah hatinya, prahara rumah tangga justru datang.
Baca Juga : Mengenal Tradisi Potong Jari Suku Dani Sebagai Bentuk Rasa Kehilangan
Prahara rumah tangga
Cheryl awalnya sangat memahami perilaku suaminya yang terbiasa tinggal di lingkungan pedalaman.
Namun, pada suatu saat kesabarannya telah habis karna Lekimenju tidak bisa membangun hubungan yang baik dengan anak-anak Cheryl saat bersama suaminya dahulu.
Bahkan, Cheryl menganggap Lekimenju memiliki sifat egois yang tak berkesudahan.
Prahara yang dating tersebut membuat Cheryl mantap menggugat cerai Lekimenju.
Beberapa kali persidangan cerai digelar untuk pasangan ini.
Akhirnya, Cheryl dan Lekimenju resmi bercerai pada tahun 2000.
Cheryl dan keempat anaknya memilih pindah ke kota lain, sedangkan Lekimenju menetap di Isle of Wigth.
Baca Juga : Suku di Dunia ini Miliki Kekuatan Super, Salah Satunya di Indonesia
- Wyn Sargent
Wyn Sagent merupakan perempuan cerdas yang berasal dari California, Amerika Serikat.
Perempuan cantik ini berprofesi sebagai jurnalis di perusahaan media ternama di Amerika.
Wyn mengunjungi Papua untuk mempelajari suku Dani yang begitu melegenda di seantero dunia.
Kedatangan Wyn di hutan belantara Papua terjadi pada tahun 1973.
Suku Dani
Dikutip dari Wikipedia, suku Dani merupakan salah satu suku yang memiliki jumlah penduduk sekitar 25.000 pada tahun 2009.
Suku Dani paling banyak ditemui di dataran tinggi.
Kelompok Dania tau yang biasa dieja Ndani sangat populer di kalangan wisatwan yang mengunjungi Lembah Baliem.
Penemuan pertama suku Dani terjadi pada 29 Oktober 1909 oleh Ekspedisi Guinea Selatan Kedua yang dipimpin oleh Hendrikus Albertus Lorentz.
Ketegangan antara Wyn dan suku Dani
Di awal kedatangannya, Wyn berusaha mendekati para penduduk dengan mengenalkan beberapa alat kesehatan.
Sayangnya, para penduduk yang merasa asing dengan alat kesehatan justru ditakutkan bisa membahayakan para penduduk.
Keadaan semakin memanas dan kepala suku Dani Obahorok menolak cara yang dilakukan Wyn.
Konflik dan pertikaian sempat tak terhidarkan antara Wyn dan para penduduk suku Dani.
Namun, akhirnya Wyn mengalah dan memutuskan untuk hidup seperti seorang penduduk suku Dani.
Ia bahkan menawarkan diri untuk menikah dengan kepala suku Dani Obahorok.
Penawaran Wyn tersebut diterima dan disambut antusias oleh para penduduk suku Dani.
Baca Juga : Merinding! Ritual Suku Aztec Gunakan Anak-anak Sebagai Tumbal
Pada tahun 1973, Wyn resmi menikah dengan kepala suku Dani Obahorok.
Pesta pernikahan kepala suku Dani Obahorok dengan Wyn dilangsungkan dengan sangat meriah.
Para penduduk berpesta selama beberapa hari sembari melakukan ritual adat.
Sayangnya, setelah menikah rumor tak sedap justru menerpa pasangan Wyn dan kepala suku Dani Obahorok.
Sebab, beberapa pihak menilai bahwa pernikahan tersebut hanyalah simbolis agar Wyn bisa diterima dan mempelajari kehidupan suku Dani.
Tapi, ada pula yang mengatakan bahwa Wyn dan kepala suku Dani Obahorok memang hidup layaknya suami istri pada umumnya.
Rumor mengenai niat lain Wyn menikahi kepala suku Dani Obahorok semakin mencuat setelah Wyn tiba-tiba menghilang dari tanah Papua.
Seluruh penduduk suku Dani mencari keberadaan Wyn yang seolah menghilang bak ditelan bumi.
Satu tahun setelah menghilangnya Wyn dari tanah Papua, terbitlah sebuah buku berjudul ‘People of The Valley yang mengangkat kisah kehidupan suku Dani.
Penulis buku tersebut adalah Wyn sendiri.
Ternyata, Wyn kabur dari dataran Papua untuk kembali ke negaranya dan menulis tentang suku Dani.
Itulah dia sederet kisah perempuan kota yang menikah dengan pria yang berasal dari suku pedalaman.
Perjalanan cinta mereka beragam, ada yang didasarkan cinta, ketakutan, dan terjepit keadaan.
Tentu setiap orang memiliki kisah dan perjalanan cintanya masing-masing. (*)
Artikel ini telah tayang di Nakita dengan judul, “Kisah Tiga Perempuan Kota Cantik Menikah dengan Pria Suku Pedalaman, Karena Cinta?”