Find Us On Social Media :

Kisah Deni Keluar dari Tumpukan Tanah dan Mayat, Korban Selamat Longsor Tambang Emas di Bolaang Mongondow

By None, Kamis, 28 Februari 2019 | 10:02 WIB

Kisah Deni Keluar dari Tumpukan Tanah dan Mayat, Korban Selamat Longsor Tambang Emas di Bolaang Mongondow

Grid.IDLongsor di area pertambangan emas tanpa izin (PETI) menyebabkan 8 penambang meninggal dunia dan 19 lainnya luka, Selasa (26/2/2019) malam.

Kejadian tersebut tepatnya berada di lokasi Super Busa, Desa Bakan, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), Sulawesi Utara.

Bahkan, diperkirakan ada 60 hingga 80 penambang yang terjebak dalam lubang PETI.

Proses pertolongan dan evakuasi terus dilakukan aparat gabungan.

Mereka bekerja full time, satu kali 24 jam.

Baca Juga : Konyol! Hanya Untuk Merokok, Pria ini Nekat Keluar Rumah Sakit dengan Pisau yang Menancap di Punggungnya

Sampai dengan Rabu (27/2/2019) malam, sudah puluhan penambang dievakuasi dan dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Popundayan Kota Kotamobagu.

Data yang diperoleh tribunmanado.co.id dari Kodim Bolmong, kejadian Selasa itu berlangsung pukul 21.00 Wita.

Lokasi PETI yang ambruk dekat areal kontrak karya PT J-Resource Bolaang Mongondow (JRBM).

Puluhan penambang di dalam lubang tertimbun material tanah longsor.

Diperkirakan masih ada yang hidup dan meminta pertolongan dari dalam gua.

Baca Juga : Luna Maya Singgung Soal Cinta yang Mendalam, 5 Cara ini Bisa Ketahui Seberapa Besar Cinta Sang Kekasih

Saat itu, diperkirakan puluhan penambang berada di dalam lubang untuk mengambil material mengandung emas.

Mereka menggali menggunakan linggis (cara manual). Dinding lubang ambruk dan menimpa penambang.

Lokasi itu sejak tahun 2018 dijadikan penambang sekitar untuk mengambil material emas secara ilegal.

Penambang di luar lubang langsung menghubungi warga lainnya.

Mereka melakukan evakuasi dengan menggunakan alat seadanya.

Polres Kotamobagu sedang memeriksa beberapa saksi terkait longsor PETI.

Baca Juga : Diduga Minum Air Mentah, Seekor Lintah di Tarik Keluar dari Tenggorokan Seorang Pria

Anas Sutyo Nugroho (24), penambang asal Desa Bongkudai, Kecamatan Modayag, Bolmong yang selamat dari kejadian itu mengatakan, ada tiang penyangga yang patah.

"Saat ia dan temannya bernama Mardianto Singosari sedang melakukan penggalian lubang di kedalaman 20 meter tiba-tiba tiang penyangga lubang itu patah," ujar Kasubag Humas Polres Kotamobagu, AKP Rusdin Zima.

Material longsor menimbun lubang.

"Diperkirakan masih ada puluhan orang penambang lainnya di dalam lubang, belum tahu keberadaannya," ujar Rusdin.

Deni Mamonto (38), penambang asal Desa Genggulang, Kecamatan Kotamobagu Utara, Kotamobagu selamat dalam musibah itu.

Ceritanya Selasa pukul 19.00, Deni bersama lima rekannya masuk ke lubang hingga 10 meter.

Baca Juga : Syahrini dan Reino Barack Belum Lama Pacaran dan Sudah Menikah, ini Tanda Si Dia Jodoh Kita Meski Belum Lama Kenal

Dari lima orang hanya dia bersama satu rekannya yang selamat.

Kata dia, awalnya biasa saja, ratusan orang beraktivitas memukul bebatuan mencari material emas.

Satu jam kemudian, pukul 20.00, Deni melihat ada bebatuan kecil yang mulai berjatuhan. Berlangsung tak lama.

"Tiba-tiba saja langsung ambruk. Ada bunyi seperti angin. Kami semua tertimbun tanah. Kaki saya terjepit batu dan mayat penambang lain," ujar Deni kepada tribunmanado.co.id saat terbaring di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Kotamobagu.

Saat itu, Deni tak menyerah. Dia berdoa kepada Allah SWT meminta agar diselamatkan.

"Saya terus berdoa kalau memang belum di sini ajal saya maka tolak akang pa kita (selamatkan saya)," ujar Deni.

Deni terjebak di satu titik berukuran sekitar 3 meter x 3 meter. Dia bersama tiga orang lainnya. Dua orang penambang dari daerah lain.

Baca Juga : Momo Challenge Sudah Memakn Korban, ini 5 Challenge Mematikan Lainnya

"Awalnya kami masuk lima orang, tiga sudah tidak tahu di mana. Ada dua penambang lain yang membantu kami keluar," ujar Deni.

Di saat itu, Deni menahan sakit, kaki kiri terjepit batu dan mayat. Perlahan dia berusaha mengeluarkan kaki kiri.

"Awalnya saya dorong mayat, kemudian batu saya ketuk perlahan-lahan hingga menjadi tiga bagian. Saat itu, bebatuan kecil terus berjatuhan. Tangan kiri saya gunakan menangkis batu kecil. Namun tetap saja ada beberapa yang lolos dan kena kening saya," ujar Deni.

Sekitar 1 jam kemudian akhirnya Deni terhindar dari baik mayat maupun batu.

"Saya kemudian berusaha merangkak keluar perlahan. Saat itu, terdengar banyak suara minta tolong. Tapi apa daya kami juga berusaha menyelamatkan diri," ujarnya.

Deni akhirnya menghirup udara segar di luar lubang tambang. "Di luar sudah banyak orang saya diselamatkan, dievakuasi dan dibawa ke rumah sakit," kata dia.

Keluar dari lubang tambang pukul 21.00, tiba di rumah sakit pukul 01.00. Lokasi tambang cukup jauh.

Kata Deni, masih banyak penambang yang terjebak di dalam lubang tambang. "Ada yang sudah meninggal terjepit batu. Tulang belakangnya sampai keluar," kata dia.

Deni mengatakan kejadian ini yang terparah. "Sebelumnya tidak pernah terjadi seperti ini. Banyak penambang yang menjadi korban," ujar dia.

Deni sejak di bangku SMP sudah mulai menambang. Saat ini, dia sudah berusia 38 tahun dan masih menambang.

Baca Juga : Kisah Erica Garza, Umur 12 Tahun Sudah Kecanduan Film Porno Siapa Sangka Hal ini yang Terjadi Padanya Saat Dewasa

Pasi Ops Kodim 1303 Bolmong Kapten Inf Asrak Badarun di lokasi mengatakan, tim evakuasi yang dipimpin Kapolres Kotamobagu AKBP Gani Siahaan bersama Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bolmong serta warga dan keluarga para korban sedang evakuasi korban keempat yang sudah meninggal dunia.

Berdasarkan data yang diterima sampai kemarin siang, sudah ada 19 orang dievakuasi dan selamat, 4 penambang ditemukan meninggal dunia.

Lokasi tambang bisa diakses melalui dua jalan. Pertama mengikuti jalan di PT JRBM dan kedua jalan tradisional yang dibuat penambang.

Medannya ekstrem. Kalau ikut jalan perusahaan JRBM harus naik mobil truk khusus dan mobil 4 x 4.

Selain itu, pemeriksaan ketat oleh petugas keamanan sehingga tidak sembarangan orang bisa tembus.

Sementara jalur lainnya, menyusuri perkebunan dari jalan besar membutuhkan waktu sekitar 1 jam lebih berjalan kaki dan mendaki.

Keluarga korban longsor memadati basecamp PT JRBM untuk mendengarkan informasi.

Marlina Moha, istri satu di antara korban berharap suaminya Teddy Mokodompit (36), warga Desa Pontodon selamat dari musibah itu.

"Kemarin suami saya pamit menuju lokasi tambang dan sampai sekarang belum ada kabar," katanya sambil meneteskan air mata.

Ibu yang memiliki tiga anak ini sangat terpukul dengan kejadian ini. Keluarga berharap suami atau keluarganya selamat atas kejadian longsor.

Baca Juga : Kisah Tragis Lamiya, Perempuan yang Dipaksa Jadi Budak Seks Isis dan Memakan Anaknya Sendiri Tanpa Sadar

Berdasarkan informasi dari warga yang selamat Safri, Teddy masih berada dalam lubang saat longsor.

Hingga Rabu kemarin, sudah 10 korban yang dibawa ke RSUD Kotamobagu.

"Empat korban yang dibawa tadi malam hingga pukul 01.00," ujar Gunawan Ijom, Humas RSUD Kotamobagu.

Kabid Humas Polda Sulut Kombes Pol Ibrahim Tompo menyampaikan keprihatinannya atas musibah tersebut dan turut berduka cita atas korban meninggal dunia.

"Kita prihatin dengan kondisi yang terjadi di seputaran lokasi tambang, kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan evakuasi terhadap para korban, apalagi mengingat di dalamnya masih banyak korban," katanya, di ruang kerjanya, Rabu (27/2/2019).

Ia juga mengatakan bahwa Kapolda Sulut Irjen Pol Sigid Tri Hardjanto telah menginstruksikan agar jajarannya mulai dari Polres Kotamobagu, Brimob, Samapta dan Dokkes (Tim DVI) agar turun melakukan bantuan dan evakuasi.

"Segala upaya dari kepolisian akan dilakukan secara optimal dari pengerahan personil maupun peralatan yang kita miliki," ujarnya.

Disamping personil Polres dan Brimob yang sudah berada di lokasi, Polda Sulut juga telah mengirimkan Tim Sar Samapta dan Unit K-9 berjumlah 10 orang dipimpin kasubdit Gasum Sabhara.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul “Hingga Rabu Malam Masih Terdengar Teriakan Minta Tolong dari Lubang Tambang Emas Bakan”