Laporan Wartawan Grid.ID, Ridho Nugroho
Grid.ID – Begitu identik dengan gemerlap dunia showbiz dan ingar-bingar para pelaku industrinya yang berada di ibukota atau di kota-kota besar, sayangnya banyak yang tidak tahu bahwa pemahaman lengkap soal ‘mode’ yang sesungguhnya belum merata.
Setidaknya ini yang disadari dan ditemukan oleh Grid.ID saat menghadiri acara #RevitalisasiSMK untuk mendukung peningkatan mutu tenaga pendidik SMK bidang Tata Busana oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia melalui Direktorat Pembinaan SMK yang kembali didukung oleh Bakti Pendidikan Djarum Foundation dan Indonesia Fashion Chamber (IFC).
Mudahnya, ketika di satu sisi geliat industri mode terlihat begitu dinamis, maju, terarah dan mendekati pasar konsumen dunia, namun di sisi lainnya hal tersebut belum bisa diwujudkan karena satu dan lain hal, termasuk mengenai Sumber Daya Manusia yang andal serta memiliki keahlian mengikuti perkembangan industri mode dan pemanfaatan informasi serta perangkat digital.
(Batik dalam Dunia Fashion dari Kacamata Desainer Terkenal Ali Charisma)
Tentu saja ini menjadi ‘Pekerjaan Rumah’ bersama bagi semua pihak untuk mendukung generasi cerdas bidang tata busana atau fashion Indonesia mendatang dari berbagai lini, khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan.
Apalagi, mengingat harapan dan rencana Indonesia sebagai destinasi tren mode muslimah di tahun 2020 yang terus digalakkan oleh para pencinta dan pelaku industri mode tanah air sampai detik ini.
Bukan sekedar workshop! Menariknya, acara bertajuk ‘Workshop Penyelarasan SMK Kompetensi Keahlian Tata Busana Tahun 2017’ ini berbeda dari beberapa perhelatan sejenis.
Mengapa? Tak hanya menawarkan narasumber atau pakar di dunia fashion yang hanya sekedar duduk atau berdiri menyampaikan materi di depan peserta, melainkan program Revitalisasi SMK ini menawarkan tantangan ‘lainnya’ agar peserta dapat memahami secara jelas dan lengkap hingga mewujudukannya langsung.
Tak pelak, Grid.ID menyebut program ini mirip seperti Project Runway dengan pembelajaran instan mencakup praktek, dan bukan hanya teori.
“Kerennya acara ini kayak Project Runaway. Karena memang kami dari IFC tidak mau peserta hanya baca buku dan mendengarkan kita saja. Maunya mereka langsung paham dan pulang ke daerah asalnya langsung bisa dan berbagi ilmu dengan para Guru di sana serta anak didiknya,” ujar Lisa Fitria, salah satu desainer yang tergabung dalam Indonesian Fashion Chamber yang juga sebagai Mentor Fashion Branding pada Grid.ID dalam perjalanan menuju Hotel Griptha, Kudus, Jawa Tengah, tempat berlangsungnya workshop tersebut.