“Ia milikku,” kata si kurus kepada si pria yang lebih besar betisnya. Dan begitulah yang akhirnya terjadi.
Murad lalu terdaftar sebagai budak—lengkap dengan foto identitas yang akan tersebar ke seluruh militan jika ia nekat melarikan diri. Ia dibawa ke rumah barunya milik seorang hakim ISIS bernama Hajji Salman.
“Kau adalah sabiyya keempatku,” katanya kepada Murad.
“Tiga lainnya sudah menjadi muslim sekarang. Aku melakukan ini untuk mereka. Yazidis adalah orang kafir—itulah sebabnya aku melakukan ini, untuk membantumu.”
Tak lama berselang, Salman menyuruhnya mandi, mengenakan gaun hanya sampai lutut. Ia juga disuruh menggunakan krim penghilang bulu di sekujur tubuhnya.
Baca Juga : Kabur dari Inggris Saat Usia 15 Tahun Untuk Bergabung dengan ISIS, Shamima Kini Kembali demi Bayinya!
“Aku berdiri di depan cermin kamar mandi. Aku tahu jika tidak mengenakan make-up apa pun, akau akan dihukum. Aku lalu melihat sebuah tumpukan di samping. Biasanya, keponakanku dan aku sangat menyukai make-up baru. Kami akan berdiri di depan cermin, merias mata dengan warna-warna yang berbeda, lalu menutupi bintik-bintik dengan foundation. Di rumah Hajji Salman, aku hampir tidak kuat melihat diri di depan cermin. Aku memakai lipstik dan riasan mata merah muda—cukup, saya berharap, untuk menghindari pukulan.”
Si Salman ini tabiat suka pamer. Ketika memperkosa Murad, ia akan melenguh sekeras-kerasnya, seolah-olah ingin penjaga dan seluruh Mosul mendengar dan tahu bahwa ia berhasil memperkosa sabiyya.
“Sentuhannya dilebih-lebihkan, kuat, yang artinya sangat menyakitiku … aku seperti anak kecil, menangis karena ingat ibu,” tulis Murad lagi.
Sudah begitu, Murad tak pernah luput dari hukuman. Salman tidak senang dengan caranya membersihkan rumah. Salman juga akan sangat marah jika Murad menangis saat ia memperkosanya
Lebih dari itu, Salman juga mengancam Murad jika berani melarikan diri. Dan itu benar-benar ia lakukan saat mengetahui Murad beberapa kali mencoba melarikan diri dengan cara mengenakan jubah yang biasa dikenakan perempuan muslim.
Seminggu kemudian, Murad dikirim ke enam laki-laki lainnya dan memperkosanya serta memukulinya, sebelum diserahkan kepada laki-laki lain yang berniat membawanya ke Suriah.