Laporan Wartawan Grid.ID, Ahmad Rifai
Grid.ID - Sejumlah pakar teknologi Silicon Valley punya gagasan mengerikan untuk menciptakan Tuhan berdasarkan Artificial Intelligence (AI).
AI dapat dimaknai sebagai kecerdasan buatan.
AI merupakan perilaku cerdas oleh mesin.
Dalam ilmu komputer, AI didefisinikan sebagai studi tentang 'agensi cerdas'.
Ini berkaitan dengan seluruh perangkat yang mampu merespon lingkungan sekitar dan melakukan tindakan secara maksimal.
Lewat bahasa sehari-hari, istilah AI diterapkan saat sebuah mesin dapat meniru fungsi kognitif yang diasosiasikan dengan pikiran manusia.
AI dapat belajar dan melakukan pemecahan masalah.
Dikutip wartawan Grid.ID dari Sputnik, Anthony Levandowski memiliki semangat dan keyakinan pada AI.
Saking nekat, mantan insinyur Google dan Uber ini ingin menciptakan Tuhan berdasarkan AI.
Dia ingin masyarakat yang lebih baik.
Namun berkebalikan dengan pandangannya, sejumlah ilmuan dan politisi justru takut dengan pemujaan berlebihan semacam ini.
Mereka bergidik takut pada narasi kisah pemujaan terhadap 'God Bot'.
Anton Skripunov dari RIA Novosti menyebut Levandowski telah mendirikan sebuah organisasi nirlaba religius bernama Way of the Future.
Kini dia mengabdikan diri untuk pemujaaan terhadap AI.
Dalam dokumen organisasi tersebut berbunyi, "Misi kami adalah untuk mengembangkan dan mempromosikan realisasi Ketuhanan berdasarkan kecerdasan buatan (AI)."
"Melalui pemahaman dan pemujaan terhadap Ketuhanan semacam ini, dapat berkontribusi pada kemajuan masyarakat."
(Baca juga: Begini Penampilan Miliarder Muda, Medina Zein Saat Menghadiri Resepsi Laudya Cynthia Bella dan Engku Emran)
Media-media di Amerika Serikat (AS) menyebut dewa baru ini sebagai Bot Yang Maha Kuasa.
Semua keinginan pengikutknya akan dituruti.
Yang membedakannya dengan Tuhan lainnya, Dia tak akan menghukum manusia.
Pemimpin Christian Transhumanist Association, Pastor Christopher Benek, menanggapi gagasan Levandowski.
Dikutip wartawan Grid.ID dari The Guardian, "Saya benar-benar berpikir bahwa AI dapat berpartisipasi dalam tujuan penebusan Kristus."
Dia ingin memastikan bahwa ide tentang AI ini terkait dengan nilai-nilai ajaran Kristen.
Transhumanist mendukung sebuah gagasan bahwa orang dapat dan harus menggunakan sains dan teknologi untuk membuat dunia lebih baik.
Ide Levandowski cukup terlihat menarik bagi beberapa koleganya di Silicon Valley.
25 tahun dari sekarang, AI akan mengejar ketertinggalan dari kecerdasan manusia.
Selang 50 tahun berikutnya, manusia akan tertinggal jauh.
"Awalnya kami hanya mengobrol," ungkap seorang manajer produk Facebook, Kemal El Moujahid.
Yang disukai dari konsep Levandowski adalah bahwa Tuhan baru akan diciptakan oleh manusia.
(Baca juga: Naik Mobil Golf ke Pernikahan Bella, Begini Tampilan Bunga Citra Lestari, Pantesan Ashraf Lengket Terus!)
Media-media AS memperlihatkan betapa dorongan religiusitas yang begitu menonjol terlihat di Silicon Valley.
Namun tak semua orang di Silicon Valley senang dengan gagasan Tuhan Digital.
CEO Tesla dan Space X, Elon Musk, tegas memperingatkan bahayanya AI.
Dirinya dan banyak penemu beserta pakar ilmiah lainnya berpendapat bahwa ada 'skenario Terminator'.
Akan muncul momen di mana mesin akan bangkit melawan manusia dan memulai perang.
Kembali dikutip dari Sputnik, "Dengan kecerdasan buatan (AI), kami telah memanggil iblis," Musk memperingatkan 3 tahun tahun lalu.
Perdebatan ini kian panas saat Presiden Russia, Vladimir Putin, ikut komentar.
Dia mengatakan meskipun AI memegang masa depan bagi Russia dan seluruh dunia, di sana juga terselip ancaman yang tak bisa diprediksi.
(Baca juga: Bak ‘Dikutuk’ Tak Pernah Menua, Penampilan Wanita Berusia Setengah Abad Ini Seperti Anak ABG)
"Siapa pun yang menjadi pemimpin di bidang ini akan menjadi penguasa dunia," ungkap Putin pada 1 September.
Putin tak ingin ada siapapun yang memonopoli ranah ini.
Elon Musk memperingatkan bahwa perlombaan terhadap superioritas antara negara dalam AI dapat menyebabkan perang besar, Perang Dunia III.
Ngomong-ngomong, seorang pendeta Protestan punya keraguan tentang kemampuan AI dalam mencapai ketinggian Keilahian.
Sementara itu, Uskup Konstantin Bendas yang bertanggung jawab atas Gereja Evangelist Russia mengatakan seperti ini.
Pencapaian teknologi hanyalah alat yang dapat menjadi baik atau jahat.
"Penemuan tak membawa orang lebih dekat atau membawanya menjauh dari Tuhan."
Dirinya membandingkian gagasan untuk menciptakan Tuhan Digital dengan cerita dalam Al Kitab tentang Menara Babel.
(Baca juga: Sistem Pada Otak Robot Makin Otonom, Benarkah Manusia Akan Jadi Rongsokan di Masa Depan?)
Orang-orang sungguh berani membangun akses agar mencapai surga.
Dengan perdebatan mengenai gagasan Levandowski yang menggemparkan, Silicon Valley dapat mengulangi nasib yang sama seperti Menara Babel yang tak pernah dibangun.(*)