“Dateng pak, mikirnya gini, di saat anak saya sakit-sakitan ia memperjuangkan yang terbaik untuk ayahnya,” jawab Bukhari.
Bukhari dengan tegar bersedia mengambil ijazah sarjana hasil perjuangan putrinya.
Berprofesi sebagai tukang bangunan dan pemberi makan lembu, tidak membuat Bukhari khawatir akan biaya sekolah Rina.
Mengetahui penghasilan sang ayah yang bisa disebut kurang, tidak mengurangi niat Rina untuk terus menuntut ilmu.
“Tapi mumpung anaknya itu mau, Rp 5 ribu pun kita kasih uang jajan mau kuliah dia,” ungkap ayah Rina.
Di mata Bukhari, putri sulungnya adalah sosok anak sederhana dan cerdas.
Semasa sekolah Rina Muharammi selalu menjadi juara kelas.
Rina juga pandai berbahasa Jepang dan mengaji.
Begitu hebat perjuangan Bukhori, dengan penghasilan yang minim ia berhasil mengantar putrinya hingga sarjana.
(*)