Grid.ID - Anggaran yang bocor karena dikorupsi adalah satu hal (yang buruk).
Tapi ada satu hal lagi yang tak kalah jelek (malah lebih parah sebenarnya), yaitu pemerintahan yang tidak efektif.
Danik Eka, caleg DPR RI yang akan kita unboxing kali ini, paham betul soal itu.
Mempunyai nama lengkap Danik Eka Rahmaningtiyas.
Dapil Jawa Timur IV (Kab. Lumajang dan Kab. Jember) dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Dia bukan cuma saksi mata. Tapi juga bagian dari korban yang merasakan bagaimana pemerintahan tak efektif, menyandera pembangunan desa tempat kelahirannya.
Hmm… kayaknya serius banget ya unboxing kali ini.
Well, asal kalian tahu saja, masalah di negeri ini bukan cuma bejibun.
Tapi juga banyak kasus yang parahnya berlevel serius.
Lebih serius dari janji romantis anak pengusaha kaya raya yang pacaran dengan sang Rembulan, tapi menikah secara syah dengan si teteh temennya Paris Hilton.
Jadi, demi Ibu Pertiwi yang sudah lama sekali tidak haha hihi, simpan rengekanmu yang bilang unboxing kali ini bakal berat.
Kerahkan segenap jiwa, singsingkan lengan baju, untuk menyelami siapa Danik Eka yang mencalonkan diri dari Partai Solidaritas Indonesia untuk dapil Jawa Timur IV ini.
Karena ini penting buat kamu. Siap?
What's in The Box
Danik lahir di Desa Ambulu, Kabupaten Jember, Jawa Timur, 25 April 1987.
Buat yang gak ngeh, Jember itu berjarak hampir 200 km dari ibukota provinsi Jatim, Surabaya.
Kalau kamu pikir itu jarak yang jauh, nah desa tempat lahir Danik itu masih 40-an km lagi ke arah pesisir selatan.
Jadi kebayang kan? Seterpencil apa kampung Danik dari "peradaban."
Tak cuma lahir, Danik mengenyam pendidikan mulai TK hingga sekolah menengah atas di Ambulu.
Baru saat kuliah, perempuan berjilbab ini pergi ke ibukota kabupaten Jember untuk menimba ilmu di Jurusan Psikologi, Universitas Muhammadiyah Jember.
Belakangan, setelah hijrah ke Jakarta, Danik melanjutkan studi psikologi di Universitas Indonesia.
Hingga saat ini Danik masih mewujudkan lulus dari UI.
Bakat dan ketertarikan berorganisasi sudah terlihat sejak SMA.
Sebagian besar "karier" berorganisasi Danik dibaktikan di lembaga-lembaga yang terafiliasi dengan Muhammadiyah.
Di antaranya Ketua Perkaderan Pimpinan Daerah Ikatan Remaja Muhammadiyah Jember (2004-2006); Ketua Umum Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jember (2006-2008); dan Ketua Perkaderan Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa-Timur (2008-2010).
Kemudian salah satu puncaknya adalah, Danik menjadi perempuan pertama (di dunia) yang menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (2010-2012). Keren ya? Bukan tanpa alasan PSI pun mendapuk Danik sebagai wakil sekretaris jenderal partai berlogo mawar itu.
Selain bidang yang "serius," Danik juga aktif di komunitas hobi yang notabene lebih santai.
Meski bertubuh langsing (tepatnya kurus sih), Danik jago bela diri silat loh.
Perempuan yang hobi wall climbingini juga tercatat sebagai pendiri pendiri "SIAP" Scooter Club dan Student Onthelis Club.
Banyak banget ya? Kayak gak ada capeknya nih Danik.
Pros
Yang paling menarik dari Danik adalah fakta dia dari desa.
Bahkan kuliah pun Danik memilih Jember, tidak di ibukota provinsi Surabaya, apalagi ke Jakarta yang berjarak hampir 1.000 km itu.
Ya memang kita gak tahu, apakah itu komitmen pada daerahnya sendiri, atau memang kemampuan yang terbatas, katakanlah finansial?
Yang jelas dengan pilihan itu, tak heran Danik memahami seluk-beluk permasalahan di pedesaan, khususnya wilayah Jember.
Salah satunya adalah persoalan pemerintahan yang tak efektif, seperti dikisahkan di awal artikel ini.
Dalam rekaman interview penjaringan bakal caleg PSI, Danik mengatakan, Jember adalah salah satu kabupaten yang sangat rendah menyerap anggaran.
Pun Dana Desa dari pemerintah pusat yang mengalokasikan Rp 1 miliar per desa pun tak serta-merta mewujud pembangunan.
Masalahnya, kata Danik, banyak pejabat daerah (mulai dari bupati hingga kepala desa) enggan menggunakan dana desa karena takut terjerat kasus korupsi.
Entah apa penyebabnya hingga pejabat ketakutan seperti itu dan memilih pembangunan tak berjalan.
Problem lainnya, menurut Danik, sesederhana pejabat daerah memang tak mengerti harus ngapaindengan dana desa. Waduh.
Danik juga menyoroti persoalan reforma agraria di pedalaman. Termasuk urusan lahan berizin hak guna usaha (HGU) yang dikuasai korporasi.
Lahan-lahan HGU itu kerap memicu konflik agraria dengan warga desa.
Karena itu, Danik mendesak agar pemerintah bersama DPR merevisi pasal-pasal bermasalah terkait reforma agraria.
Masih banyak lagi masalah khas desa yang menjadi ambisi Danik untuk menyelesaikannya.
Tapi intinya, dari berbagai artikel, wawancara video, dan lainnya, pemahaman Danik terhadap masalah desa memang kuat sekali.
Cons
Sebetulnya susah nih cari kelemahan Danik.
Kecuali kalau kamu ngefans berat sama Amien Rais.
Karena beberapa kali Danik berseteru dengan Amien.
Tapi tentu saja berselisih paham bukanlah hal buruk dalam kehidupan berdemokrasi.
Sehingga secara obyektif harusnya mendebat Amien bukanlah kekurangan Danik.
Kalaupun ada kelemahan (tentu saja ada, kan bukan malaikat), kita sih gak suka dengan video-video dirinya yang diunggah Danik di sosial media. Bukan jelek. Justru sebaliknya, terlalu bagus.
Di beberapa video, Danik beraksi di depan kamera seolah host acara travelling yang mengulas kuliner atau kerajinan masyarakat setempat.
Dan jujurnya Danik cocok jadi host acara seperti itu.
Namun saking bagusnya, kita jadi merasa penampilan Danik terlalu di-setting.
Terlalu well crafted. Hingga terkesan Danik berjarak dengan konstituennya sendiri.
Mungkin ini bukan hal besar. Hanya saja membuat kami di Tim TR kurang percaya dengan kepolosan (baca: kejujuran?) Danik.
Video yang ditampilkan membuat kita yakin Danik punya kru khusus yang profesional.
Hingga kami pun tergoda menerka-nerka, perlu sebanyak itu ya duit yang dikeluarkan Danik untuk memoles citra diri?
Conclusion
Danik adalah caleg yang serius bagus. Danik adalah orang desa, yang paham desa, dan tahu solusi terbaik untuk desa.
Kita butuh orang-orang seperti Danik untuk membangun negeri dari desa.
Dengan orang seperti Danik di Gedung DPR, seharusnya pembangunan di desa menjadi lebih bergairah.
Angkatan kerja asal desa pun tak melulu berpikir mencari kerja di kota.
Sehingga arus urbanisasi pun yang selama ini seolah tak terbendung bisa lebih dijinakkan.
Biar kamu-kamu yang di kota juga hidup lebih nyaman. Enak kan hidup lo? Makanya dukung Danik ke Senayan.
Skor: 85 dari 100.
Penilaian dalam unboxing ini berdasarkan hasil penelusuran Tim temanrakyat.id dari berbagai sumber.
Kalau kamu punya informasi lebih yang belum kami sebutkan, tulis di kolom komentar sebelah kanan. Nanti tulisan akan kami update.
Sebagai penghormatan, tentu saja nama kamu akan kami tulis sebagai narasumber.
Setelah itu kamu boleh loh banggain kontribusimu dengan share tulisan ini di sosmed kamu.
Biar teman kamu juga gak bingung lagi apa yang harus mereka pilih. Yuk saling bantu jadi pemilih cerdas!
(*)