Dalam tubuh, produksi air mata emosi dikendalikan oleh sistem limbik di otak.
Sistem limbik ini adapat mempengaruhi sistem parasimpatik dan melepaskan neurotransmitter atau saraf pembawa pesan.
Sistem limbik dalam otak dapat berfungsi penuh bila kadar hormon oksitoksin atau hormon kebahagiaan dalam jumlah yang sangat sedikit.
Baca Juga : Kebiasaan Minum Kopi Bisa Sebabkan Hipertensi Bagi Kaum Milenial
Neurotransmitter yang bekerja dalam otak akan memicu kelenjar lakrimal untuk memproduksi air mata.
Air mata emosi memiliki kandungan air, lipid, glycoprotein, immunoglobulin, sodium, potasium dan beberapa zat antioksidan.
Meski kandungan kimianya nyaris sama dengan air mata basal, air mata emosi memiliki kandungan protein yang lebih tinggi seperti prolaktin, adrenokortikotropik dan leucine-enkephalin.
Baca Juga : Menu Sarapan Sehat yang Bikin Kenyang Lebih Lama, Cocok Banget Buat Diet!
Leucine-enkephalin sendiri adalah kandungan protein yang memiliki fungsi sebagai penghilang rasa sakit alami atau zat analgesik.
Tingginya kandungan leucine-enkephalin dalam air mata membuat air mata berfungsi sebagai zat analgesik ringan yang memiliki kemampuan sama baiknya dengan morfin.
Itu sebabnya mengapa ketika perasaanmu sedih lalu menangis, rasa sesak dan sakit yang sebelumnya kamu rasakan mendadak hilang.
Selain berefek sebagai penghilang rasa sakit, air mata juga dipercaya secara psikologis dapat mengatur pergoalakan emosi yang terjadi di dalam otak.
Nah, bagaimana? Meski terasa asin, ternyata menangis itu melegakan ya! (*)