4. Setahun setelah minum Plavix terus-menerus, saya nyaris pingsan di rumah Yohan Handoyo setelah minum wines dan makan steaks masakan Adi Taroe. Untung rumah Yohan di Bogor itu dekat dgn RS Azra. Dokter jaga yg berpengalaman menemukan diagnosa: tekanan darah terlalu rendah krn darah terlalu encer.
5. Sejak saat itu saya ke HSC di KL utk annual check up. Di sana dikonfirmasi dgn MSCT bahwa saya memang tidak mengidap penyakit jantung.
6. April 2015, sewaktu Annual Medex di HSC KL, ditemukan dilatasi (penggembungan) pada aorta saya pada tahap awal. Dlm bhs medis, penyakit ini disebut: aorta aneurysm. Menurut Dr. Soo, tiap tahun perlu diawasi apakah membesar dan perlu tindakan operasi. Katanya: saya spt membawa bom waktu yang setiap saat bisa pecah dan mematikan saya. Dr. Soo juga mengaku bahwa dia bukan ahlinya di bidang aneurysm. Bila perlu pembedahan, dia harus mengundang dokter bedah dari Jepang. Biaya diperkirakan Rp 600-700juta.
7. April 2016, saya sudah appointment dgn Dr. Soo di HSC KL. Tapi pas hari itu justru dia dilarikan ke RS utk operasi. Team dokter yang menangani saya tidak memuaskan saya dlm memberi info ttg aneurysm saya.
8. April 2017, saya appointment lagi utk konsultasi dgn Dr. Soo. Eh, ternyata dia mendadak sakit. Saya lgsg jalan2 ke tempat adik saya di Penang. Di sana saya mengalami semacam pencerahan. "Kenapa saya pasrahkan masalah kesehatan saya kpd orang yg bukan ahlinya?" Dr. Soo adalah salah satu ahli kateter di Asia, tapi bukan ahli aneurysm. Saya segera berkomunikasi dgn Dr. Sindhi yg lgsg saja membanjiri saya dgn berbagai info bagus dan penting. Saya putuskan untuk mengikuti saran Dr. Sindhi.
9. Bulan Juli 2017, saya jalan2 seharian dgn Dr. Sindhi di sktr Tangerang, diakhiri dgn maksi kuliner Betawi di Mpok Kuni. Eh, ternyata Dr. Sindhi mengantar saya ke RS Siloam Karawaci dan sdh membuat appointment utk ketemu Dr. Iwan Dakota, ahli vaskuler, adik Kapolri Tito Karnavian. Saya bahkan disambut oleh Dirut RS Siloam Karawaci, sahabat Dr. Sindhi.
10. Dlm pemeriksaan oleh Dr. Iwan, setelah memeriksa hasil medical record terakhir di HSC KL, HANYA dgn stetoskop, Dr. Iwan menemukan masalah lain: katup aorta saya bocor. Saya diminta utk segera ke PJN Harapan Kita keesokan harinya utk pemeriksaan echo. Dlm pemeriksaan echo di Harkit, 65% confirmed bahwa katup aorta saya bocor. Saya kemudian menjalani TEE (endoscopy) utk mendapatkan 90% konfirmasi. Demikianlah, dlm waktu singkat tim dokter Harkit menemukan kelainan lain yg perlu segera ditangani.
11. Dr. Iwan me-refer saya kpd tim bedahnya, Dr. Dicky Alighiery Hartono, ahli bedah vaskular lulusan Korsel. Ini adalah pembedahan paling berat, rumit, dan sulit, berlangsung 5-6 jam. "Mumpung Pak Bondan sdg fit, kita lakukan segera, ya?"
12. 27 Sept 2017 pagi saya menjalani 2 operasi sekaligus: penggantian katup aorta dan penggantian aorta yang nengalami dilatasi. Operasi berlangsung selama 5 jam dan dinyatakan berhasil. Saya siuman di ICU sore hari dan dirawat selama 24 jam di ICU. Dari ICU saya dipindah ke Intermediary Ward.
13. Normalnya, bila operasi berhasil, 24 jam sesudah di Intermediary Ward, maka akan dipindahkan ke kamar perawatan biasa. Dalam operasi besat spt yg saya alami, ada 2 hantu komplikasi: 1. perdarahan, 2. aritmia (denyut jantung tidak beraturan). Saya terbebas dari perdarahan. Tapi, Sabtu dini hari saya kejang2 dlm tidur saya. Ternyata saya mengalami komplikasi aritmia. Saya dipasangi TPM (Temporary PaceMaker) sambil dimonitor penyebabnya (biasanya krn peradangan).
14. Utk aritmia ini, saya ditangani Dr. Dicky Hanafy, lulusan Jerman. Krn setelah 72 jam tidak tampak progress dari TPM, Selasa siang Dr. Dicky memutuskan utk memasang TPM lain di pangkal paha. Terus terang, saya ketakutan.
15. Miracle happens. Selasa malam, ketika perawat sdg mempersiapkan saya utk didorong ke kamar operasi, tiba2 denyut nadi saya berirama kembali. Operasi dibatalkan. Saya lega setengah mati.
16. Demikianlah, kejadian demi kejadian telah saya alami. Untuk sementara saya belum dapat dijenguk di Intermediary Ward. Tapi, bila keadaan membaik, Jumat ini saya akan dipindah ke kamar perawatan. Tempatnya terlalu kecil utk Anda menjenguk.
Karena itu, sambil GR akan banyak yg menjenguk saya, saya sudah mengatur tempat di lobby Wisma Fits, di dalam kompleks RSIB dan PJN Harapan Kita untuk 1 sesi bezoeksutra Minggu, 8 Oktober pk 13-15 untuk 10 orang.
Mohon mendaftar ke Lidia Tanod dan Harry Nazarudin utk mengatur kunjungan. Di luar waktu tsb, mohon maaf, tidak dapat saya terima. Mohon doa Anda semua agar pemulihan saya tuntas dan lancar.
Salam,
Bondan Winarno
(*)