Dan ASEAN Para Games 2017 adalah kompetisi pertama Laura sebagai atlet renang difabel.
Yang patut diacungi jempol, di kompetisi pertama itu Laura berhasil menyabet emas mengalahkan Theresa Goh yang sudah lebih lama malang melintang sebagai atlet renang difabel.
Bahkan, Laura adalah penyumbang emas pertama bagi Indonesia di ajang ASEAN Para Games 2017.
Seakan meraih emas pertama untuk Indonesia tak cukup, Laura juga berhasil memecahkan rekor yang sebelumnya dipegang atlet difabel Thailand, dengan 1;30.27 detik.
Menjadi atlet renang tanpa menggunakan kedua kakinya adalah hal yang sulit tapi bukannya mustahil.
Meski keputusan Laura menjadi atlet difabel kerap dipertanyakan oleh teman-temannya yang atlet non-difabel, gadis 18 tahun itu sama sekali tak menggubrisnya.
(Baca Juga : Pemerintah Semakin Inovatif Dalam Memajukan Pembangunan Infrastruktur)
Justru keraguan tersebut yang memotivasi dirinya untuk berlatih selama 2 jam setiap harinya.
Karena renang bukan lagi sekadar hobi bagi Laura, melainkan jalan hidup yang telah ia pilih sejak kecil.
Sepenggal kisah Laura Aurelia Dinda dan perjuangannya ini seakan memberikan pelajaran bagi kita yang masih memiliki fisik yang sempurna.
Paras cantik dan fisik yang sempurna tidak akan membawamu ke mana-mana, kecuali kita berjuang dan percaya pada diri sendiri.
Sekarang Laura dan para atlet difabel lainnya tengah bersiap untuk berkompetisi di ajang Asian Para Games 2018.
Dan bukan mustahil kalau para atlet difabel ini akan kembali mengharumkan nama bangsa, seperti yang mereka lakukan ketika menjadi juara umum di ajang ASEAN Para Games 2017 lalu. (*)