Kemudian, Aum memutuskan untuk membunuh Tsutsumi secara brutal.
Rencana awalnya adalah membunuhnya dalam perjalanan pulang dari kerja.
Sayangnya, tanggal yang dipilih pemimpin Aum bertepatan dengan hari libur umum.
Daripada menunggu 24 jam lagi, enam pembunuh terpilih memutuskan untuk mendatangi rumah Sakamoto dan segera menyelesaikan 'pekerjaan' mereka.
Jam 3 pagi, mereka memasuki rumah Sakamoto.
Saat itu, Sakamoto dan istrinya sedang tidur di kamar mereka.
Baca Juga : Pernah Mendengar Ayam Berkokok Malam Hari, Bukan Mitos Rupanya Pertanda Akan Hal ini Esok Harinya
Satu anggota mencekik Sakamoto, sementara yang lain menendang istrinya dengan brutal, kemudian mencekiknya juga.
Kata-kata terakhir istri Tsutsumi adalah, "Tolong paling tidak selamatkan anak itu."
Sebaliknya, anggota sekte justru mencari bayi mereka dan mencekiknya dengan alas tidurnya tanpa ampun.
Para pembunuh itu kemudian membawa tiga mayat itu ke pedalaman Jepang yang terpencil dan menguburnya dalam drum logam.
Meskipun Aum dicurigai terlibat, pihak berwenang gagal menyelidikinya dengan baik.
Bukan hanya satu kali itu polisi membiarkan Aum lolos dari kejahatan mereka.
Namun, pada 6 Juli 2018, pemimpin kultus Aum, Shoko Asahara dan enam anggota lainnya dieksekusi atas kejahatan meluncurkan serangan sarin mematikan di kereta bawah tanah Tokyo yang menyebabkan sekitar 13 orang tewas dan ribuan lainnya terluka 23 tahun yang lalu. (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul “Kisah Pembunuhan Sadis Kepada Keluarga Sakamoto, Dicekik dan Dikuburkan Dalam Drum”