Kembali dikutip dari Independent, ngerampas jalannya kesepakatan damai Israel-Palestina adalah satu-satunya tujuan kebijakan luar negeri Trump yang jelas sampai saat ini.
Saat AS berusaha nyatuian Arab Saudi dan sejumlah negara Arab lainnya bareng Israel buat ngelawan Iran, banyak negara Timur Tengah justru ogah terlalu dekat sama Israel tanpa ada kemajuan soal masalah Palestina.
Meski begitu, sampai saat ini, para pemimpin Arab Saudi enggan berkomitmen secara formal buat menormalisasi hubungan dengan Israel.
Lalu, apa sebenarnya yang membuat keduanya bisa sangat benci kepada Iran?
(Baca juga: Ahmad Dhani Tersangka Ujaran Kebencian, Polisi: Penyidik Sudah Memiliki Alat Bukti dan Ada Bukti Lain)
Dikutip wartawan Grid.ID dari Sputnik, seorang perwira militer senior Israel bilang begini ke sebuah kantor berita online pada 16 November.
Iran, "Adalah ancaman nyata dan terbesar bagi wilayah (Timur Tengah) ini," kata Letnan Jenderal Gadi Eisenkot.
Lanjutnya, "Iran berusaha nguasain Timur Tengah, nancepin pengaruh Syi'ah dari Lebanon ke Iran dan kemudian dari Teluk ke Laut Merah."
"Kami harus nyegah hal ini terjadi donk."
Menurut Roshan Salih, editor 5 Pillars, rezim Arab Saudi nggak akan bisa ngebawa kawan-kawan lainnya jika mereka neken kesepakatan bareng Israel.
"Udah lama Israel dianggap jadi kanker di Timur Tengah, dan gitulah cara orang awam masih ngeliat Israel."
"Arab Saudi menuju penerimaan terbuka terhadap Israel dan mungkin bakal ngasih pengakuan penuh."
"Anak gila yang sekarang ngejalanin pemerintahan Arab Saudi ini melaju dengan kecepatan tinggi."
Yang dimaksud Salih di sini Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Anak Raja Salman ini dianggap udah ngambil alih banyak bidang kebijakan pemerintahan Arab Saudi.(*)