Adapun rasio elektrifikasi Papua saat ini sebesar 48,91 persen dan ditargetkan naik menjadi 77,7 persen pada 2019.
(Jangan Baca : Nggak Cuma di Kota Besar Saja Bisa Menikmati Terangnya Malam, Pelosok Negeri Pun Ikut Merasakan)
Sektor ketenagalistrikan mutlak harus terus digenjot. Sebagaimana data International Energy Agency, konsumsi listrik per kapita di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain di ASEAN.
Pada 2016 lalu konsumsi listrik per kapita di Indonesia sebesar 956 kilowatt per jam (kWh). Angka itu masih lebih rendah jika dibandingkan Vietnam dengan 1.530 kWh per kapita maupun Thailand dengan 2.620 kWh per kapita.
Dalam rangka menggenjot konsumsi listrik Tanah Air itu PLN menyiapkan langkah-langkah konkret. Contohnya dengan penambahan daya gratis. Itu dilakukan agar masyarakat dapat menggunakan listrik untuk hal-hal produktif, misalnya membuka usaha baru.
"Penambahan daya gratis itu murni aksi korporasi PLN untuk mengoptimalkan surplus daya listrik yang ada. Tidak ada paksaan apabila masyarakatnya tak mau (tambah daya)," tutur Made.
(Baca Juga : Atlet Cantik Ini Berenang Tanpa Kedua Kaki Namun Berhasil Pecahkan Rekor dan Kumandangkan ‘Indonesia Raya’ di Negeri Jiran)
Tarif stabil
Tren dalam beberapa tahun terakhir jumlah pelanggan PLN terus meningkat. Jika pada 2012 sebanyak 49,8 juta pelanggan, pada September 2017 jumlahnya menyentuh angka 67 juta.
Daya tersambung juga terus merangkak naik. Lima tahun silam daya tersambung sebesar 83.898 MVA. Namun, pada 2016, angkanya telah menjadi 114.348 MVA dan mencapai 119.809 MVA per September 2017.
Tarif listrik pun relatif stabil. Sebagai contoh, jika tarif tegangan rendah pada Juli 2015 adalah Rp 1.548 per kWh, maka pada per September 2017 lalu turun menjadi Rp 1.467 per kWh.
"Tarif listrik di Indonesia masih jauh lebih murah dibandingkan negara lainnya. Lebih kurang tarif listrik rata-rata di Indonesia sekitar 10 sen (dollar AS) per kWh," ujar Made.