Find Us On Social Media :

Wah! Indonesia Semakin Terang di Masa Depan Berkat Upaya yang Dilakukan PLN

By Nailul Iffah, Jumat, 1 Desember 2017 | 19:58 WIB

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam hal pemerataan arus listrik

"Beberapa daerah memang masih perlu digenjot kelistrikannya, misalnya di Papua dan Nusa Tenggara Timur. Ini kita pacu terus," ungkap Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka dalam Forum Merdeka Barat 9 bertajuk "Pelayanan Ketenagalistrikan Indonesia" di Jakarta, Kamis (30/11/2017).

Adapun rasio elektrifikasi Papua saat ini sebesar 48,91 persen dan ditargetkan naik menjadi 77,7 persen pada 2019.

Sektor ketenagalistrikan mutlak harus terus digenjot. Sebagaimana data International Energy Agency, konsumsi listrik per kapita di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain di ASEAN.

Pada 2016 lalu konsumsi listrik per kapita di Indonesia sebesar 956 kilowatt per jam (kWh). Angka itu masih lebih rendah jika dibandingkan Vietnam dengan 1.530 kWh per kapita maupun Thailand dengan 2.620 kWh per kapita.

Dalam rangka menggenjot konsumsi listrik Tanah Air itu PLN menyiapkan langkah-langkah konkret. Contohnya dengan penambahan daya gratis. Itu dilakukan agar masyarakat dapat menggunakan listrik untuk hal-hal produktif, misalnya membuka usaha baru.

"Penambahan daya gratis itu murni aksi korporasi PLN untuk mengoptimalkan surplus daya listrik yang ada. Tidak ada paksaan apabila masyarakatnya tak mau (tambah daya)," tutur Made.

(Baca Juga : Jangan Takut Gelap, Indonesia Semakin Terang Dengan Adanya Ini)

Tarif stabil

Tren dalam beberapa tahun terakhir jumlah pelanggan PLN terus meningkat. Jika pada 2012 sebanyak 49,8 juta pelanggan, pada September 2017 jumlahnya menyentuh angka 67 juta.

Daya tersambung juga terus merangkak naik. Lima tahun silam daya tersambung sebesar 83.898 MVA. Namun, pada 2016, angkanya telah menjadi 114.348 MVA dan mencapai 119.809 MVA per September 2017.

Tarif listrik pun relatif stabil. Sebagai contoh, jika tarif tegangan rendah pada Juli 2015 adalah Rp 1.548 per kWh, maka pada per September 2017 lalu turun menjadi Rp 1.467 per kWh.

"Tarif listrik di Indonesia masih jauh lebih murah dibandingkan negara lainnya. Lebih kurang tarif listrik rata-rata di Indonesia sekitar 10 sen (dollar AS) per kWh," ujar Made.