Penelitian yang merupakan bagian dari proyek ADaPT (Adaptasi, Dispersal, dan Fenotip) yang didanai European Research Council ini menggunakan pemindai CT kecil di laboratorium PAVE Cambridge untuk menganalisa lengan atas (humerus) dan tulang kering (tibia) pada atlet perempuan yang masih hidup.
Kekuatan tulang perempuan modern ini dibandingkan dengan perempuan dari era pertanian Neolitikum awal sampai kelompok petani di abad pertengahan.
"Sangat mudah untuk melupakan bahwa tulang adalah jaringan hidup yang merespons kerasnya apa yang terjadi pada tubuh kita. Dampak fisik dan aktivitas otot membuat tulang tertekan dan berubah bentuk, seperti kelengkungan, ketebalan, dan kerapatan dari waktu ke waktu sebagai hasil dari tekanan yang terus didapat berulang," ujar Macintosh.
"Dengan menganalisa karakteristik tulang atlet yang kita tahu spesialisasinya dan membandingkan karakteristiknya dengan tulang purba, kita bisa mulai menafsirkan jenis-jenis pekerjaan atau kegiatan apa saja yang dilakukan nenek moyang kita," sambungnya.
Setelah melakukan penelitian selama tiga minggu, para peneliti menemukan bahwa para perempuan yang hidup 7400 sampai 7000 tahun lalu memiliki kekuatan kaki yang sama dengan pendayung, tetapi lengannya 11-16 persen lebih kuat dari pendayung dan 30 persen lebih kuat dari mahasiswa pada umumnya.
Pada perempuan yang hidup di masa perunggu (4300-3500 tahun yang lalu) juga lebih kuat.
Mereka memiliki tulang lengan 9-13 persen lebih kuat dari pendayung.
Para peneliti menduga bahwa perbedaan signifikan ini disebabkan oleh kegiatan yang dilakukan perempuan purba tanpa adanya alat-alat modern.
"Kami tidak dapat mengatakan secara khusus kegiatan apa yang menyebabkan perbedaan tulang. Namun, aktivitas utama di awal masa pertanian adalah mengubah gandum menjadi tepung. Mungkin ini yang dilakukan para perempuan purba," kata Macintosh.
"Sebelum penemuan bajak, pertanian subsistem melibatkan penanaman secara manual untuk mengolah dan memanen semua tanaman. Perempuan dulu juga mengambil makanan dan air untuk ternak rumah tangga, mengolah susu dan daging, dan mengubah kulit dan wol menjadi tekstil," jelasnya.
Dari penelitian ini, Dr Jay Stock, peneliti senior yang juga ikut bergabung dalam tim menambahkan bahwa pekerjaan manual yang dilakukan perempuan di masa prasejarah adalah pendorong penting dalam ekonomi awal pertaian.
"Penelitian ini menunjukkan apa yang dapat kita pelajari tentang masa lalu manusia melalui pemahaman manusia yang lebih baik hari ini," kata Stock. (*)
(Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul Lebih Kuat dari Atlet Dayung, Apa Rahasia Perempuan Prasejarah?)