Baca Juga : Bernyanyi Tanpa Diiringi Musik, Suara Dua Lipa Justru Terdengar Seksi
Yuliati tak mau berdiam diri melihat kondisi pengungsi yang memprihatinkan.
Kebetulan ia punya bekal pernah beberapa kali ikut dalam gerakan pemberdayaan perempuan.
Ia pernah kursus tentang pemberdayaan perempuan yang diadakah oleh sebuah LSM. Ia pun bergerak untuk segera membantu pengungsi.
Ia berjuang sendirian mendatangi anggota dewan dan komandan Brimob.
Bahkan, ia sampai menghadang truk yang membawa bantuan.
“Saya minta pengemudi truk untuk belok ke perbuktikan tempat para pengungsi. Sejak itu mereka tahu bahwa di sini ada 100 orang lebih pengungsi. Alhamdulillah bantuan logistik termasuk tenda segera didatangkan,” kata Yulianti yang mengaku merasa beruntung pernah menjadi aktivis sehingga memiliki kemampuan bernegosiasi dengan siapa pun.
Masalah untuk pengungsi belum selesai meski pada akhirnya mereka sudah memiliki hunian sementara.
Rumah Yulianti dan tempat pengungsi yang berada di perbukitan tak ada akses air bersih.
Di hari-hari pertama, pengungsi mengambil air di sumber mata air berjarak sekitar 450 meter di bawah tebing.
“Tapi setelah berjalan beberapa minggu, tak mungkin mereka terus-menerus berjalan ratusan meter untuk mencari air bersih. Apalagi, kebutuhan air untuk anak-anak, kan, sewaktu-waktu harus segera terpenuhi,” katanya.
Beruntung di tengah kesulitan tersebut, JMK-OXFAM hadir di tengah-tengah warga pengungsi. Dengan melibatkan warga pengungsi dalam bentuk padat karya, JMK-OXFAM membuat saluran air bersih dari sumber mata air menuju lokasi pengungsian.