"Kalau di Aceh memang sudah tradisinya tiap warung kopi ada mi aceh. Jadi gak ditulis mi aceh karena sudah posisinya di Aceh," ujar Yukee kepada KompasTravel saat ditemui di warung kopi miliknya, Kamis (30/11/2017) siang.
Pemandu wisata dari operator perjalanan "Keliling Aceh", Hasbi Azhar turut membenarkan pernyataan Yukee.
Menurutnya, warung mi aceh lebih menggunakan penamaan berdasarkan nama pemilik dan juga lokasi warung.
(BACA: Rambut Rontok Setelah Melahirkan, Ternyata Ini Penyebabnya)
"Misalnya Mi Ayah, Mi Razali atau Mi Keumala (nama kota kecamatan) kampung pemilik usaha mienya atau tau Mi Caleu, nama kampung juga. Ada juga berdasarkan lokasi warung tempat pertama kali buka warung dan jualan mi, Mi Simpang 5," kata Hasbi seperti dikutip Grid.ID dari KompasTravel di kesempatan yang sama.
Namun demikian, tak semua penjual mi aceh merupakan pemilik warung, melainkan hasil kerja sama dengan pemilik tempat atau warung.
Penamaan mi aceh di luar wilayah Aceh, menurutnya, lebih bertujuan lebih dikenal sebagai mi khas Aceh.
"Seperti sate padang atau sate madura. Di Padang yang ada sate dan sate jawa. Tidak ada sate padang," ujar Hasbi.
"Karena kalau di luar daerah, mereka perlu penamaan, mereka itu makanan Padang. Tapi kalau yang sudah di dalam Sumatera Baratnya, mereka sudah gak perlu penamaan, cukup merk saja," ujar Reno Andam Suri, penulis buku 'Rendang Traveler' saat dihubungi KompasTravel beberapa waktu lalu.
(BACA: Diam-diam, Ternyata Ayu Ting Ting Pengin Gelar Konser Besar Loh, Mau Nonton Enggak Nih?)
Mi aceh sendiri merupakan salah satu kuliner khas yang memiliki bahan dasar mi disajikan dengan taburan acar bawang, emping, potongan mentimun serta irisan jeruk nipis.
Mi ini terkadang disajikan dengan tambahan udang, cumi, ataupun daging sapi untuk menambah cita rasanya.
Itulah alasan kenapa tak ada warung mie aceh di aceh karena namanya sesuai nama pemiknya. (*)