Langkah berikutnya, Bagus dan timnya melakukan rapat koordinasi dengan pihak pemerintah serta berbagai Lembaga dalam hal ini adalah PDAM dan PUPR.
Saat itu memang sudah ada yang bisa memasok air tapi jumlahnya tidak terlalu besar, tidak sebanding dengan kebutuhan warga.
Baca Juga : Selamat! Husein Alatas Dikaruniai Anak Pertama Berjenis Kelamin Laki-laki
“Karena merasa bisa melakukan, maka pemenuhan suplay air ke masyarakat itu kita yang menghandel,” kata Bagus.
Dalam kondisi darurat, pihaknya langsung memegang kendali pengolahan milik PDAM di Duyu.
Bagus menuturkan, sebelum gempa PDAM Duyu adalah salah satu PDAM yang memasok air untuk memenuhi kebutuhan sebagian masyarakat Palu.
Debit air yang diambil dari sumber air tak jauh dari sana cukup besar, yakni mencapai 30 liter per detik.
“Tapi masalahnya begitu terkena gempa, salah satu bak untuk penjernihan jebol. Air tak bisa dikonsumsi karena prosentase kekeruhannya masih tinggi, sehingga harus dilakukan penjernihan,” ujar Bagus.
“Alat tersebut kami pinjam lagi dan kami bawa ke mari,” cerita Bagus.
Menurut pria yang sudah menjelajah ke berbagai negara sebagai pekerja sosial tersebut menjelaskan, dalam kondisi bencana seperti yang terjadi di Palu, mutu air harus mengikuti standar internasional.
Air tidak hanya sekadar jernih tetapi harus bebas kuman sehingga bisa langsung dapat diminum tanpa dimasak terlebih dahulu.
“Asumsinya ketika bencana terjadi, tidak mungkin para korban sempat memasak air terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
"Karena itu, sebelum disalurkan air harus diberi zat chlorine untuk membunuh kuman. Jangan sampai maunya bantu masyakat tetapi justru menelan korban karena tidak higienis,” imbuh Bagus.
Tidak menunggu lama, begitu datang alat tersebut langsung diset di lokasi penjernihan air.
Hanya selang beberapa saat kemudian sudah menghasilkan air dengan kualitas sesuai yang diharapkan.
Bagus menambahkan, sejak WTP Duyu beroperasi hingga akhir Pebruari sudah mengolah air siap minum sebanyak 22 juta liter.
Baca Juga : Berawal dari Hobi Memotret Gempi, Kini Gading Marten Banjir Tawaran Fotografi
Dengan rinciab 10 juta liter didistribsukan oleh JMK-OXFAM sedang selebihnya disalurkan oleh Lembaga lain.
Ketika puncak distribusi pemenuhan kebutuhan air, JMK-OXFAM menyewa 10 truk setiap harinya. Truk-truk tersebut mengirim sehari bisa 3-5 rit per hari untuk ke kawasan pengungsi di Palu dan Donggala.
Proses pemenuhan air itu bisa tersalurkan dengan baik ke pengungsi berkat kerja sama yang baik dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Gandhi Wasono M.