Grid.ID - Gempa dan tsunami yang melanda Palu, Donggala, dan Sigi mengakibatkan ribuan manusia jadi korban.
Tak hanya itu, infrastruktur termasuk pipa saluran air yang ada di dalam tanah juga hancur berantakan.
Akibatnya, suplai air mandeg seketika itu jutaan manusia yang tersebar di perumahan maupun tenda pengungsian tak teraliri air dengan baik.
Dengan perjuangan keras, dalam waktu yang tidak terlalu lama, kebutuhan utama masyarakat itu kembali terpenuhi meski belum sempurna.
Sinergi antara JMK-OXFAM dengan pihak PDAM dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang memberikan fasilitas data serta kemudahan akses, akhirnya membuat masyarakat yang tertimpa musibah sedikit bisa tersenyum bahagia.
Baca Juga : Bukan karena Diet, Ini Penyebab Rossa Harus Dirawat di Rumah Sakit Singapura
Caco Laratu dari Satuan Kerja (Satker) Penyehatan Lingkungan dan Permukiman (PLP) Provinsi Sulteng, menceritakan gempa dan tsunami Palu benar-benar membuat segalanya luluh lantak.
Saluran pipa PDAM hancur dan tempat penjernihan jebol. Akibatnya pasokan air ke masyarakat berhenti total.
“Dalam situasi apa pun kebutuhan air menjadi prioritas utama. Kalau air tidak ada, pasti akan jadi persoalan besar baik dampak sosial maupun kesehatan,” kata Caco.
Caco menegaskan, sebenarnya di Satker PUPR dirinya bukan di bidang air tetapi mengani soal sanitasi namun ketika terjadi bencana seperti saat ini maka antar satu bidang dengan bidang yang lain saling bersinergi.
Caco mengisahkan, bencana Palu membuatnya kehilangan ibu, adik dan keponakan. “Makanya, saya baru bisa bergabung dengan tim seminggu kemudian karena keluarga besar kami berduka,” tambahnya.
Meski masih diliputi duka, ia langsung bergabung dengan tim dan segera bekerja.
“Pihak donor pasti akan mengalami kesulitan kalau tidak tahu kawasan yang perlu dibantu. Karena kami pegang peta di masing-masing tempat, data itulah yang kami sampaikan ke pihak donor,” jelas Caco.
Caco menceritakan, persoalan air pasca gempa merupakan hal yang sangat krusial. Ia mengambil contoh, beberapa hari setelah gempa pimpinannya mencoba mendatangi beberapa lokasi pengungsian untuk melakukan peninjauan.
Namun, pimpinannya justru mendapat hujatan dan cacian dari para pengungsi .
“Mereka tidak peduli itu pimpinan atau tidak. Begitu kebutuhan dasar itu tidak terpenuhi, maka dimaki habis-habisan.” kata Caco.
Selain persoalan air, ujar Caco, persoalan berikutnya yang menjadi tanggung jawabnya adalah soal sampah serta penuhnya septic tank.
Hari-hari pertama warga tinggal di pengungsian memang belum muncul ada masalah. Namun, setelah seminggu lebih, sampah mulai berserakan.
Kotoran dari WC pun mulai meluap dimana-mana.
Melihat keadaan demikian, Caco tentu saja tidak bisa tinggal diam.
Ia menjalin kerjasama sama dengan sektor lain untuk menyelesaikan masalah dengan mendatangkan truk-truk mengangkut sampah serta mobil penyedot.
“Kalau tidak segera dibereskan sudah pasti akan muncul persoalan berikutnya, yaitu sakit diare akan muncul.”
Baca Juga : Bongkar Lemari Nagita Slavina, Shireen Sungkar Syok Lihat Isinya : Banyak Banget Ya Allah!
Menurut Caco, tak mudah terjun di medan bencana apalagi seperti gempa Palu yang begitu dahsyat.
Tak hanya tenaga dan pikiran, tetapi harus bekerja dengan ketulusan dan keikhlasan.
Sebab saat beraktivitas harus menghadapi orang-orang yang tengah mengalami guncangan batin yang hebat.
“Intinya di dalam situasi seperti ini, harus menggunakan hati,” tuturnya.
Selama berinteraksi dengan warga, butuh pula kesabaran.
“Memang bisa dipahami, bencana membuat mereka menderita. Biasanya, mereka tidur di rumah dengan nyaman bersama anggota keluarganya utuh.
"Tapi, hanya dalam hitungan menit semua itu lenyap. Keluarga jadi korban, rumah musnah, dan harus tinggal di pengungsian.
"Akibatnya emosi mereka dengan mudah meletup karena tidak mudah menerima kenyataan itu,” papar Caco, tentang suka dukanya bertugas di medan bencana.
KUALITAS AIR STANDAR INTERNASIONAL
Siang itu puluhan truk bak terbuka dengan tanki karet dengan kapasitas 5000 liter di dalamnya antri di sebuah pengolahan air di Duyu.
Begitu masuk, petugas langsung menyalurkan selang berukuran besar ke dalam tanki karet.
Hanya sekian menit kemudian air bersih tersebut sudah memenuhi tanki karet. Sopir pun langsung berangkat menyalurkan air tersebut menuju lokasi hunian sementara yang dihuni oleh ratusan ribu pengungsi yang ada di berbagai kawasan.
Bagus Setyawan dari divisi Water Sanitation and Hygiene (WASH) JMK-OXFAM menjelaskan awal mula melibatkan diri untuk membantu pemenuhan kebutuhan air pada korban gempa.
“Begitu datang, kami melalukan pemetaan persoalan. Nah, dari sekian banyak persoalan, salah satu yang utama adalah pemenuhan kebutuhan air,” kata Bagus menjelaskan.
Langkah berikutnya, Bagus dan timnya melakukan rapat koordinasi dengan pihak pemerintah serta berbagai Lembaga dalam hal ini adalah PDAM dan PUPR.
Saat itu memang sudah ada yang bisa memasok air tapi jumlahnya tidak terlalu besar, tidak sebanding dengan kebutuhan warga.
Baca Juga : Selamat! Husein Alatas Dikaruniai Anak Pertama Berjenis Kelamin Laki-laki
“Karena merasa bisa melakukan, maka pemenuhan suplay air ke masyarakat itu kita yang menghandel,” kata Bagus.
Dalam kondisi darurat, pihaknya langsung memegang kendali pengolahan milik PDAM di Duyu.
Bagus menuturkan, sebelum gempa PDAM Duyu adalah salah satu PDAM yang memasok air untuk memenuhi kebutuhan sebagian masyarakat Palu.
Debit air yang diambil dari sumber air tak jauh dari sana cukup besar, yakni mencapai 30 liter per detik.
“Tapi masalahnya begitu terkena gempa, salah satu bak untuk penjernihan jebol. Air tak bisa dikonsumsi karena prosentase kekeruhannya masih tinggi, sehingga harus dilakukan penjernihan,” ujar Bagus.
“Alat tersebut kami pinjam lagi dan kami bawa ke mari,” cerita Bagus.
Menurut pria yang sudah menjelajah ke berbagai negara sebagai pekerja sosial tersebut menjelaskan, dalam kondisi bencana seperti yang terjadi di Palu, mutu air harus mengikuti standar internasional.
Air tidak hanya sekadar jernih tetapi harus bebas kuman sehingga bisa langsung dapat diminum tanpa dimasak terlebih dahulu.
“Asumsinya ketika bencana terjadi, tidak mungkin para korban sempat memasak air terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
"Karena itu, sebelum disalurkan air harus diberi zat chlorine untuk membunuh kuman. Jangan sampai maunya bantu masyakat tetapi justru menelan korban karena tidak higienis,” imbuh Bagus.
Tidak menunggu lama, begitu datang alat tersebut langsung diset di lokasi penjernihan air.
Hanya selang beberapa saat kemudian sudah menghasilkan air dengan kualitas sesuai yang diharapkan.
Bagus menambahkan, sejak WTP Duyu beroperasi hingga akhir Pebruari sudah mengolah air siap minum sebanyak 22 juta liter.
Baca Juga : Berawal dari Hobi Memotret Gempi, Kini Gading Marten Banjir Tawaran Fotografi
Dengan rinciab 10 juta liter didistribsukan oleh JMK-OXFAM sedang selebihnya disalurkan oleh Lembaga lain.
Ketika puncak distribusi pemenuhan kebutuhan air, JMK-OXFAM menyewa 10 truk setiap harinya. Truk-truk tersebut mengirim sehari bisa 3-5 rit per hari untuk ke kawasan pengungsi di Palu dan Donggala.
Proses pemenuhan air itu bisa tersalurkan dengan baik ke pengungsi berkat kerja sama yang baik dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Gandhi Wasono M.