Saat ini saya sedang koordinasi dengan gurunya dan nanti akan saya update lagi
Marianta adalah anak yg tinggal di balik bukit yg harus jalan 5-6 jam setiap hari untuk sekolah. Dan saya sedang membuat film pendek kisah anak ini.
Lokasi :Sekolah SD 6 Bunutan, Karangasem," pungkas keterangan dalam postingan berikut.
Hingga berita ini dimuat, video tersebut sudah dibagikan lebih dari 1.200 kali, mendapat komentar sebanyak 572 orang, dan like sejumlah 1.600 suka.
Tak hanya dibagikan di Facebook, kisah siswa SD kelas 6 di Bali yang harus jalan kaki jauh dan membawa bekal jagung itu juga dibagikan di Instagram.
Dilansir Grid.ID dari laman tribun video, Marianta dan dua orang temannya akan tinggal di rumah salah satu teman mereka.
Baca Juga : Viral Suami Dianggap Membunuh Istri dengan Alat Kelaminnya yang Besar, Bahkan Media Asing Turut Meliputnya
"Dia menumpang di rumah temannya namanya Gede Sibang. Temannya ini kondisinya juga kurang mampu sehingga mereka bawa bekal sendiri untuk makan selama menumpang," kata Andy seperti yang diwartakan tribun video.
Andy yang tak lain adalah seorang relawan ternyata juga mengirimkan sembako untuk keperluan Marianta dan kedua temannya selama menumpang di rumah warga.
"Kemarin sudah telfon guru untuk tolong membelikan sembako, untuk kasur segera diusahakan karena akses ke sananya memang susah. Kasihan mereka tidurnya tanpa kasur," ungkap Andy.
Andy berharap dengan viralnya kisah tersebut dapat menjadi perhatian pihak terkait untuk mencarikan solusi yang terbaik.
"Kami berharapnya mereka dibuatkan asrama di sekolah, jadi gaperlu pulang pergi setiap hari. Tiap tahun kan ada murid baru jadi cerita seperti ini tak akan berhenti, kasihan yang masih kelas 1, 2 kan masih kecil-kecil," tutup Andy.
Kini, beberapa bantuan berupa sembako telah diterima Marianta dan kedua temannya.
Meski begitu, Marianta dan kedua temannya masih harus tidur di rumah temannya tanpa kasur dan bantal karena kondisi yang sama-sama tidak mampu.
Bantuan kasur dan bantal pun masih dalam proses pendistribusian lantaran medan perbukitan sehingga sulit membawa kasur.
Semoga kisah Marianta dan kedua temannya ini mampu membuat anak-anak Indonesia lebih bersyukur dan bersemangat sekolah. (*)