Find Us On Social Media :

Hasil Penelitian: Bertindak Sembrono Ternyata Memang Ciri Khas Remaja loh, Ini Penjelasannya

By Hyashinta, Selasa, 5 Desember 2017 | 20:02 WIB

Remaja

Grid.ID - Siapa yang belum pernah melakukan tindakan sembrono?

Mungkin yang belum pernah melakukan belum menempuh masa remaja.

Remaja memang sering diidentikkan dengan tingkah sembrono.

Sebagai contoh, mereka mungkin tahu bahwa sekolah itu penting, tapi untuk belajar saja banyak sekali halangan dan pengalihannya.

(BACA: Selfie dan Ngopi Bareng Setelah Resmikan Jalan Tol Soroja, Casing HP Presiden Jokowi Curi Perhatian Netizen: Mau dong Pak!)

Hal ini mungkin karena otak mereka belum cukup berkembang untuk menilai dengan tepat seberapa besar hal yang dipertaruhkan.

Pola pikir ini berbanding lurus dengan tingkah mereka yang sembrono dan bertindak semaunya.

Sebaliknya, orang dewasa pada umumnya lebih bisa membaca situasi dan tahu kapan memberi waktu ekstra atau fokus lebih untuk menyelesaikan persoalan.

Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, sebuah penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa bila potensi imbalan atau kerugian lebih tinggi, orang dewasa akan melakukan tugasnya dengan lebih baik.

(BACA: Inilah 4 Tipe Pria yang Paling Disukai Wanita, Kamu Suka yang Mana nih?)

Namun hal ini tidak terjadi bagi remaja.

Catherine Insel dan koleganya dari Harvard University, meminta remaja berusia 13-20 tahun untuk bermain game saat berbaring di pemindai otak fMRI.

Dalam beberapa putaran permainan, para peserta bisa mendapatkan 20 sen dollar AS untuk respons yang benar, dan kehilangan 10 sen dollar AS untuk respons yang salah.

Namun, dalam putaran dengan taruhan yang lebih tinggi, respons yang benar akan mendapatkan 1 dollar AS, sedangkan jawaban salah akan membuat partisipan kehilangan 50 sen dollar AS.

(BACA: Bawa Pasien Sekarat, Supir Ambulans Ini Malah Pergi ke Pantai demi Penuhi Permintaan Terakhir Sang Pasien)

Tim tersebut menemukan bahwa peserta yang lebih tua memiliki performa yang lebih baik dalam putaran dengan taruhan yang lebih tinggi, sedangkan peserta yang lebih muda tidak mau mengubah kinerjanya.

"Menariknya, kemampuan untuk menyesuaikan kinerja sesuai taruhan saat bermain muncul secara bertahap pada masa remaja," ungkap Insel dikutip dari New Scientist, Selasa (28/11/2017).

Ketika tim tersebut melihat aktivitas otak para peserta, mereka menemukan bahwa kemampuan untuk memperbaiki kinerja terkait dengan perkembangan otak.

Perkembangan tersebut utamanya pada wilayah yang disebut jaringan kortikostriatal.

(BACA: Diduga Pegangan Tangan dengan Ayu Ting Ting, Raffi Ahmad: Gigi Biasa Aja)

Wilayah ini dikenal menghubungkan area-area yang terlibat dalam penghargaan kepada orang-orang yang mengendalikan perilakunya.

Jaringan tersebut terus berkembang hingga kita berusia minimal 25 tahun.

"Semakin berkembang jaringan kortikostriatalnya, semakin baik para peserta meningkatkan kinerjanya pada tugas dengan taruhan besar," kata Insel.

"Temuan ini menjelaskan mengapa beberapa remaja begitu tidak peduli saat melakukan hal-hal sembrono penuh risiko," ujar Kathrin Cohen Kadosh dari University of Surrey, Inggris.

(BACA: Selfie dan Ngopi Bareng Setelah Resmikan Jalan Tol Soroja, Casing HP Presiden Jokowi Curi Perhatian Netizen: Mau dong Pak!)

Menanggapi penemuan ini, Stefano Palminteri dari Ecole Normale Superieure di Paris yang tidak terlibat dalam penelitian ini berpendapat bahwa sekolah harus mempertimbangkan kembali cara menguji kompetensi pada remaja.

"Studi ini menunjukkan bahwa mengevaluasi kinerja siswa di sekolah dalam satu ujian akhir bukan ide yang bagus," ungkap Palminteri.

Menurut dia, sekolah sebaiknya menggunakan berbagai tes yang lebih kecil sepanjang tahun.

"Kita bisa melihat studi ini dari sisi lain. Remaja memberikan jumlah usaha yang sama ke dalam tugas yang tidak 'penting', dan lebih memilih menekuni hobi daripada sekolah. Ini bisa jadi hal yang baik, misalnya remaja mungkin bisa belajar keterampilan sosial yang kompleks," kata Palminteri. (*)

(Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul Anda Benar, Otak Remaja Tidak Bisa Bedakan Mana yang Penting dan Tidak)