Laporan Wartwan Grid.ID, Ismayuni Kusumawardani
Grid.ID - Dari bersepeda di perkotaan sampai tiba di rumah, dapur, dan bahkan berbelanja di Ikea, manusia modern tidak mengalami penurunan tingkat stress.
Namun para peneliti di Swedia sedang menguji sebuah pendekatan baru untuk menyembuhkan kegelisahan yaitu rumah kaca kecil.
Dikutip wartawan Grid.ID dari laman Curbed, proyek The 72 Hour Cabin (72 Jam di Dalam Kabin) berjalan seperti ini:
( BACA JUGA: Atlet Cantik Ini Berenang Tanpa Kedua Kaki Namun Berhasil Pecahkan Rekor dan Kumandangkan ‘Indonesia Raya’ di Negeri Jiran )
1. Ambil lima orang yang sangat stres.
2. Kirimkan mereka untuk tinggal selama tiga hari di kabin berdinding kaca di padang gurun Swedia.
3. Kemudian lihat bagaimana kesehatan mental mereka terpengaruh.
Ukuran sampelnya memang kecil dan rumah kabin ini nampak sedikit terlalu Instagramable untuk disebut murni ilmiah.
( BACA JUGA: HP Rusak dan Marah-marah di Insta Story, Bella Shofie Malah Dihujat dan Diketawai Netizen: Mungkin Nggak Cocok Pake HP Terkenal )
Namun program ini diawasi oleh peneliti Walter Osika dan Cecilia Stenfors dari Institut Karolinska, sebuah universitas kedokteran di Stockholm.
Oskia dan Stenfors berharap bisa mengamati dampak konsep yang disebut Allemansrätten (kebebasan mengembara) terhadap kesehatan mental.
Diakui, ini juga merupakan sedikit aksi dari pihak dewan pariwisata Swedia, yang ingin mempromosikan Allemansrätten dan gaya hidup "dekat dengan alam" di Swedia.
Apapun itu, rumah kaca kecil ini memiliki desain yang indah.
( BACA JUGA: Rahasia Tubuh Tetap Langsing Pasca Melahirkan, Ini Pengakuan Jujur Ririn Ekawati )
Dirancang oleh arsitek mahasiswa Jeanna Berger, rumah kaca dibuat dari rangka kayu sederhana dan ditinggikan di kedua ujungnya dengan papan vertikal.
Atap dan dindingnya terbuat dari kaca.
Setiap kabin kecil ini berisi tempat tidur dan lentera gantung.
Tidak ada wifi, tidak ada dapur, tapi nggak stres?
( BACA JUGA: Wow, Ternyata Ini Trik Bikin Nilai Jual Rumah Makin Tinggi! Wajib di Coba nih )
"Saya dibesarkan di Henriksholm dan saya ingin memberi penghormatan kepada pemandangan alam Dalsland," tulis Berger.
"Sejak awal saya memutuskan rumah itu akan berdiri di atas pilar sehingga tidak meninggalkan jejak permanen pada lingkungan.
Saya juga suka berpikir orang-orang yang akan tinggal di dalamnya berbagi pendekatan yang sama terhadap alam.
( BACA JUGA: Teh Sedikit Air Banyak, Tebak Cara Menikmati Teh Orang Indonesia Lebih Mirip Eropa Apa Asia ya? )
Kami ingin hidup di lingkungan alami namun meninggalkan jejak setapak mungkin." (*)