(Baca Juga : Bukan Cuma Kamu Yang Merasakan Terang, Bumi Papua Juga Rasakan Hal Sama!)
"Dengan bergabung jadi satu, kami tak perlu membangun pabrik sendiri-sendiri. Selain itu, sumber daya manusia terbaik dapat kami hadirkan di perusahaan induk," ujar Agung dalam Forum Merdeka Barat 9 bertajuk "Mengapa Perlu Holding BUMN?", Selasa (5/12/2017), di Jakarta.
Beberapa tahun setelah terbentuk, perusahaan induk industri semen itu berhasil menorehkan catatan positif.
Jika pada 2014 volume penjualan total domestik dan regional sebesar 28,5 juta ton, pada 2016 angkanya menyentuh 29,1 juta ton.
Ia melanjutkan, pascapgabungan itu Semen Indonesia juga mampu memperluas jangkauan pemasaran hingga seluruh Indonesia.
"Tantangan bisnis semen adalah distribusi dan logistik. Sekarang kami memiliki semua itu setelah menjadi satu," ucap Agung.
Geliat bisnis itu sebagaimana tercermin dari kinerja Semen Indonesia saat ini. Korporasi itu menjadi raja penjualan semen domestik dengan pangsa pasar mencapai 47,1 persen.
Dengan penjualan yang digdaya itu, Semen Indonesia berhasil membukukan pendapatan Rp 26,134 triliun pada 2016.
Berkaca pada keberhasilan perusahaan induk Semen Indonesia, Pemerintah telah membentuk perusahaan induk BUMN lainnya.
Kali ini pada bidang pertambangan di bawah naungan induk PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum).
(Baca Juga : Jangan Takut Gelap, Indonesia Semakin Terang Dengan Adanya Ini)
Adapun PT Inalum menjadi induk atas PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, PT Timah (Persero) Tbk, dan PT Bukit Asam (Persero) Tbk.