Demi perdamaian, seorang Raja Sunda menikahkan putrinya dengan seorang raja dari Majapahit untuk menjaga negaranya dari kemungkinan konflik.
Namun, Gajah Mada yang ditugaskan untuk menyambut kedatangan sang putri justru menghinanya dengan menyatakan bahwa Putri Sunda tidak boleh dipuji sebagai permaisuri ratu yang baru bagi Majapahit, tetapi hanya sebagai selir, sebagai tanda penyerahan Sunda ke Majapahit.
Pernyataan Gajah Mada tersebut menulut kebencian hingga terjadilah Perang Bubat.
Akibat peristiwa Bubat, pernikahan antara Raja Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka batal.
Bahkan sang putri gugur di tanah lapang Bubat.
Menurut hikayat, kematian Dyah Pitaloka pada Perang Bubat begitu ditangisi dan disesalkan oleh Hayam Wuruk dan seluruh penduduk Kerajaan Sunda yang telah kehilangan sebagian besar anggota kerajaan.
Kemudian Raja Hayam Wuruk menikah dengan Paduka Sori, sepupu sendiri sebagai gantinya.
Perbuatan Pitaloka dan keberanian ayahnya dihormati sebagai tindakan mulia demi kehormatan, keberanian dan martabat dalam tradisi Sunda. (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul, “Selain Diana, Ini 4 Putri Bangsawan Cantik yang Hidupnya Berakhir Tragis, Salah Satunya dari Indonesia “