Grid.ID - Peran ibu negara ibaratnya dalam pepatah adalah : di balik pria sukses ada wanita yang hebat di belakangnya.
Ibu negara juga turut menentukan seperti apa atmosfir pemerintahan seorang presiden.
Dan ini pula yang dirasakan oleh penyanyi Yuni Shara yang rupanya punya banyak pengalaman soal ibu negara.
Baca Juga : Kisah Mantan Sopir Raffi Ahmad, Dulu Jadi Korban Pembacokan Sekarang Justru Kerja untuk Yuni Shara
Dari zaman Presiden Soeharto sampai Presiden Joko Widodo, Yuni Shara kerap menghadiri acara resmi kenegaraan dan berkunjung ke istana.
Dan rupanya, perbedaan presiden dan ibu negara dirasa Yuni Shara memberikan dampak yang berbeda pula pada kehidupan di seputar kediaman kepala negara.
Bahkan menurut Yuni Shara, tak sedikit atmosfir 'angker' meliputi masa jabatan presiden bersama ibu negara.
Baca Juga : Anak Semata Wayang Mayangsari Berulang Tahun, Yuni Shara Justru Ungkit Kejadian di Masa Lalu
Pengakuan Yuni Shara ini diungkapkan dalam salah satu video yang diunggah oleh channel YouTube Let's Talk pada Rabu (3/4/2019).
Tak sendirian, kala itu Yuni Shara berbincang bersama sederet selebriti lainnya.
Yakni Pandji Pragiwaksono dan Sophia Latjuba sebagai host, Gading Marten, Ine Febrianty, Maria Selena, dan komika Ari Kriting.
Baca Juga : Biasa Tampil Glamor, Gaya Krisdayanti & Yuni Shara dengan Kaus Oblong dan Celana Jeans Tuai Pujian
Lalu, bagaimana pandangan para ibu negara menurut pengalaman Yuni Shara?
Pembicaraan dimulai ketika Sophia Latjuba menanyakan siapa ibu negara favorit Yuni Shara.
Tak menjawab secara lugas, Yuni Shara menceritakan bagaimana rasanya dekat dengan setiap ibu negara pada eranya masing-masing.
Baca Juga : Makan di Pinggir Jalan, Yuni Shara Pakai Tas Mewah dengan Harga Lebih dari 200 Juta, Sederhana Tapi Mewah!
Cukup mengejutkan, Yuni Shara menyebut atmosfir 'angker' meliputi istana di zaman kepresidenan Soeharto.
"Kalau zaman Pak Harto (Soeharto, red.) itu angker," kata Yuni Shara sebagaimana Grid.ID kutip dari tayangan Let's Talk (6/4/2019).
Bukan soal mistis, rupanya kata angker yang dirujuk oleh Yuni Shara ini lebih kepada atmosfir tegang karena karakter sang Ibu Negara.
Baca Juga : Beri Ucapan Ulang Tahun ke Mantan Adik Ipar, Yuni Shara Tuai Pujian dari Netizen
Tien Soeharto, menurut pandangan Yuni Shara, adalah salah seorang ibu negara yang terkenal akan karakter halus dan rapi khas priyayi Jawa.
"Kalau Ibu Tien, dia sederhana sekali.
"Paling banter pakainya (perhiasan, red.) mutiara.
Baca Juga : Tampil Seksi Kenakan Busana Gaya Transparan, Penampilan Glamor Yuni Shara Sukses Mencuri Perhatian!
"Kebayanya selalu pakai (motif, red.) bunga-bunga gitu," kata Yuni Shara.
Yuni Shara juga mengatakan bahwa Tien Soeharto begitu perhatian kepada orang-orang di sekitarnya, terutama masalah kesehatan.
"Terus dia sangat perhatian untuk siapa di sekelilingnya yang sakit.
Baca Juga : Potret Ganteng Cavin Obient, Anak Yuni Shara yang Konon Mirip Dilan!
"Boleh berobat ke (Rumah Sakit, red.) Harapan Kita gratis.
"Jadi banyak yang dilakukan sama Ibu Tien itu untuk siapa-siapa yang punya sakit jantung dan lain-lain itu berobat ke Rumah Sakit Harapan Kita.
"Saat itu, ibu sangat memperhatikan masalah kayak sembako dan lain-lain.
Baca Juga : Tajir Melintir, Yuni Shara Kenakan Tas Harga Ratusan Juta Saat Beli Jamu Keliling di Pinggir Jalan
"Itu perempuan yang memperhatikan," lanjut Yuni Shara.
Boleh dekat dengan Tien Soeharto, tapi rupanya jika Presiden Soeharto sudah ada di samping sang Istri, mereka yang ada di dekat Ibu Tien harus jaga jarak.
"Dan kalau ke Pak Harto itu angkernya, kita nggak boleh deket gitu.
Baca Juga : Tampilan Modis Kartika Sary, Adik Yuni Shara dan Krisdayanti yang Sukses Jadi Pengusaha Batu Bara
"Begitu ada Bapak, itu kita langsung minggir, udah minggir," cerita Yuni Shara.
Suasana yang berbeda rupanya dirasakan Yuni Shara di masa kepemimpinan B.J. Habibie.
Acara kasual seperti pesta kebun mulai dilakukan, bisa jadi karena latar belakang B.J. Habibie yang lama hidup di luar negeri.
Kontak fisik juga menjadi hal yang lumrah dilakukan.
"Saat berganti ke Presiden Habibie, itu mulai ada cipika-cipiki (cium pipi kanan-cium pipi kiri, red.).
"Udah mulai pakai peci dan cipika-cipiki.
Baca Juga : Disebut Mirip Rossa, Intip Potret Kartika Sary Adik Yuni Shara dan Krisdayanti yang Jarang Terekspos
"Dan mulai ada pesta di kebun, itu saat Presiden Habibie," kata Yuni Shara.
Aura berganti lagi ketika masa pemerintahan Presiden Gus Dur atau Abdurrahman Wahid.
"Kemudian saat Presiden Gus Dur, kita lebih santai.
Baca Juga : Berhiaskan Lampu Kristal, Intip Mewahnya Dapur di Rumah Yuni Shara, Suasananya Seperti di Luar Negeri!
"Nggak sekaku itu dan warnanya jadi ganti hijau (lebih rileks, red.).
"Kalau dulu sebelumnya kan merah merah (tegang, red.) gitu.
"Ini hijau, terus ramai gitu ini istana semua orang kayaknya boleh masuk waktu itu," cerita Yuni Shara.
Yuni Shara mengakui bahwa perubahan aura ini terjadi lantaran sikap Gus Dur yang terbuka dan apa adanya.
Serta sikap Gus Dur yang memandang tiap orang punya derajat yang sama, tak ada kelas yang membedakan.
Lalu bagaimana dengan masa pemerintahan presiden wanita Indonesia, Megawati Soekarnoputri?
Baca Juga : Unggah Foto Baru, Luna Maya Kenakan Jaket Branded Mewah yang Nggak Kalah Mahal dari Syahrini
"Kemudian berganti ke Ibu Megawati, ganti angker lagi, merah lagi," ujar Yuni Shara sembari tertawa.
"Saat Bapak SBY, merah, lebih soft mungkin karena Pak SBY agak kayak Pak Harto sih waktu itu.
"Ibu (Ani Yudhoyono, red.) sangat berperan juga, sering menyapa," kata Yuni Shara soal pemerintahan SBY.
Baca Juga : Foto Cantiknya Ibu Ani Yudhoyono dengan Kebaya Hitam Sebelum Jatuh Sakit, Kembaran dengan Annisa Pohan
Berpindah ke era pemerintahan Jokowi, Yuni Shara mengakui bahwa sosok Iriana Jokowi justru merupakan pribadi yang paling pemalu di antara ibu negara lainnya.
"Ibu Iriana justru satu-satunya ibu negara yang saya hampir nggak pernah jumpai.
"Saya rasa, Ibu yang paling malu ya di antara semua ibu negara.
Baca Juga : Penampilan Terbaru Veronica Tan Saat Hadiri Perayaan Imlek 2019 Bersama Yuni Shara Curi Perhatian
"Ibu Iriana cenderung sosok yang pemalu," cerita Yuni Shara.
(*)