Semenjak saat itu dirinya harus berjuang menghadapi pandangan masyarakat yang masih rasis dan mengkesampingkan Islam.
Dikutip dari New York Times, Ali diketahui tidak mau mengganti namanya secara resmi karena para petugas kejaksaan saat itu mayoritas kulit putih.
Derita Ali memuncak saat dirinya menolak untuk diberangkatkan sebagai tentara ke perang Vietnam karena dirinya merasa untuk apa membunuh orang lain di negara mereka sendiri.
Baca Juga : Kisah Pilu Seorang Istri yang Rela Jual Ginjal Demi Pengobatan Suaminya
Karena penolakannya, Ali harus kehilangan seluruh gelar profesionalnya dan harus menjalani tuntutan persidangan.
Namun dirinya menggunakan kesempatan ditiap penampilannya di media untuk menanamkan pesan moral kepada masyarakat Amerika terutama tentang isu rasisme dan ajaran baik agamanya.
"Alam bawah sadarku tak ingin menembak saudaraku yang bertahan di lelumpuran. Mereka tak lakukan apapun kepadaku untuk apa aku menembak mereka?," ungkap Ali dalam sebuah wawancara.
Baca Juga : Kisah Kaisar Qin Shi Huang Pendiri Tembok Besar China yang Korbankan 6.000 Perawan Berkat gerakan kemanusiaannya, Ali mampu bertemu dengan Martin Luther King meski keduanya memiliki perbedaan dalam hal agama.
"Di negara ini artis maupun atlit berkulit hitam menjadi pusat perhatian," ungkap Ali dalam wawancaranya bersama NBC.
"Aku ingin melakukan apa yang aku bisa untuk meningkatkan moral orang-orang," tambahnya.
Baca Juga : Kisah Terry Jo, Saksikan Seluruh Keluarganya Dibantai dan Harus Terombang-ambing di Lautan Selama 4 Hari
Ali diketahui berhasil menjadi negosiator untuk melepaskan 15 warga Amerika yang menjadi tawanan di Iraq.