Salah satu yang harus menanggung konsesi ini adalah Si Lanka.
Tahun lalu Sri Lanka menyerahkan pelabuhan ke perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah China dengan sewa 99 tahun.
Sementara itu, di Djibouti, tempat markas utama militer AS di Afrika, juga tampaknya akan menyerahkan kendali atas pelabuhan ke perusahaan Beijing.
Baca Juga : Ironis, Dinobatkan sebagai Negara Terkaya Warganya Justru Tinggal di Dalam Kamar Sempit Bak Kandang Hewan
Maret lalu, mantan Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson mengatakan bahwa Beijing melakukan praktik peminjaman predator, dan transaksi korup untuk menjadikan negara-negara kecil terbelit utang untuk kemudian melemahkan kedaulatan mereka.
Baru-baru ini, diplomasi jebakan utang ini bahkan telah meluas hingga ke Pasifik.
Beijing membuat pulau-pulau buatan manusia di Laut Cina Selatan dan hal itu dikhawatirkan akan digunakan sebagai pangkalan militer.
Bahkan, pada April lalu China mendekati Vanuatu, negara kepulauan di Samudra Pasifik selatan untuk mendirikan pangkalan militer.
The Times juga melaporkan bahwa secara efektif China akan meningkatkan kehadiran militernya di pintu gerbang utama ke pantai timur Australia.
Di antara proyek-proyek yang didanai uang ini adalah dermaga terbesar di Pasifik Selatan yang dianggap mampu mengakomodasi kapal induk.
Baca Juga : Luna Maya Pakai Outfit Seharga 72 Juta Rupiah, Netizen: 1 Setel dapat Mobil!
Lembaga think tank Lowy Institute Sydney, yang telah memantau secara dekat kegiatan-kegiatan China di Pasifik, memperkirakan Beijing telah menggelontorkan hampir 1,4 miliar poundsterling atau setara dengan Rp27 Triliun ke negara-negara Pasifik sejak 2006.
Baca Juga : Tips Modis Lebaran 2019 : Inspirasi Gaya Hijab Syar'i Untuk Lebaran ala Alyssa Soebandono
Baca Juga : Kalahkan Syahrini dan Maia Estianty, Janda Konglomerat Jamie Chua Punya Tas Hermes Mewah Seharga 7 Miliar!
(*)
Artikel ini pernah tayang di Intisari Online dengan judul Cara Licik China 'Menjajah' Negara-negara Lain: Beri Pinjaman yang 'Mustahil' untuk Dilunasi