Laporan Wartawan Grid.ID, Adrie P. Saputra
Grid.ID - Seorang bidan tewas di rumahnya dalam keadaan berlutut.
Hal ini membuat keluarga almarhum Asni Anshari Sadaoda (33) diselimuti rasa penasaran sejak Kamis 30 November lalu.
Dikutip Grid.ID dari Facebook Yuni Rusmini, bidan yang bertugas di Kantor Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara itu, ditemukan tewas di rumahnya, sekitar pukul 19.00 Wita.
Saat ditemukan, Asni yang tengah mengandung delapan bulan itu tewas dalam posisi berlutut di lantai.
Pada lehernya terlilit kain gorden berwarna merah tua.
Keluarga kemudian menduga, Asni dibunuh oleh suami keduanya.
Suami keduanya yang dimaksud keluarga merupakan salah seorang anggota Polisi Polres Konawe bernama Agus Sulistio (33).
Saat itu, Agus Sulistio tidak berada di rumah istrinya.
Pengakuan polisi berpangkat Bripda itu, dirinya sementara bermain Play Station di rumah seorang rekannya.
Sempat di-SMS oleh Asni sesaat sebelum bidan tersebut ditemukan tewas, namun Agus Sulistio tidak sempat membaca pesan berisi ancaman maut itu.
Puluhan Kerabat Asni mendatangi Polres Konawe Sulawesi Tenggara, Rabu (6/11/2017) sekitar pukul 16.00 Wita.
Mereka menanyakan sikap kepolisian yang dianggap menggantung kasus tewasnya Asni.
(BACA: Bersidang di Kasus Gatot Brajamusti, Nadine Chandrawinata Mengaku Banyak Tidak Tahu)
Malah kasus Asni sempat dianggap bunuh diri.
Akan tetapi, Rolan, salah satu keluarga Asni menyatakan, seorang yang bunuh diri seharusnya menggantung diri agak berjarak dari lantai.
Sedangkan, kondisi Asni ditemukan dalam posisi berlutut di lantai dan lehernya terikat tali kain gorden.
"Kalau dalam posisi itu, seharusnya almarhumah yang masih bisa merasakan kesakitan dan refleks berusaha melepaskan diri. Namun, anehnya ini tidak ada sama sekali," ujar Roland.
Rolan melanjutkan, alasan polisi menetapkan Asni bunuh diri juga tidak kuat.
(BACA: Nadine Chandrawinata Bersaksi di Sidang Lanjutan Kasus Gatot Brajamusti)
Sebab, Asni dikenal sebagai orang yang tabah selama ini.
"Polisi harusnya mendatangkan ahli kriminolog, sehingga kasus ini bisa jelas," tegas Rolan.
Mencari Dalang Pembunuhan
Kejadian menegangkan saat keluarga melihat orang yang diduga menjadi dalang pembunuhan, Agus Sulistio berada di ruang tahanan Polres Konawe.
Polisi sempat mengeluarkan Agus dari tahanan Polres sekitar satu menit.
"Tunggu, kasian Agus ko keluar dari tahanan, tunggu bagianmu," ujar salah seorang pria dari kerabat Asni berteriak dari luar sel.
Kematian Asni awalnya menjadi perdebatan. Asni pertama kali ditemukan saksi bernama Akbar, salah satu anggota keluarganya.
Posisi tubuhnya berlutut, sementara lehernya terlilit kain gorden yang dibuat simpul. Kain gorden itu, diikatkan di jendela.
(BACA: Sidang Tuntutan Kasus Narkoba Penyanyi Ello Ditunda Hingga Tahun Depan)
Pihak kepolisian yang tidak mau dianggap berpihak akhirnya turun tangan memecah kebuntuan.
Polisi pun melakukan olah TKP dari malam hingga menjelang pagi hari.
Setelah itu, polisi langsung mendatangkan ahli forensik.
Tidak hanya itu, alat komunikasi Asni langsung diutak-atik penyidik. Dari hasil penyidikan, pelaku terungkap bunuh diri. Alasannya, karena stres tak kunjung dinikahi secara sah.
"Keluarga sempat protes, oknum anggota polisi yang menjadi suami sirinya kini kami tahan," ujar Kasat Reskrim Polres Konawe Iptu Rachmat Zam-Zam.
Rachmat Zam-Zam mengatakan, penahanan Agus Sulistio bukan karena kasus pembunuhan.
Namun, karena kasus penggelapan sepeda motor milik Asni.
Agus diketahui menggadaikan motor Asni kepada salah satu rekannya.
Rekannya yang bernama Jack itu kemudian menggadaikan motor milik Asni pada orang lain yang diketahui bernama Jamal.
"Kita sudah sita motornya, kita amankan di Polres," ujar Rachmat Zam-Zam.
(BACA: Ahmad Dhani Keberatan Status Tersangka Kasus Ujaran Kebencian)
Dokter Forensik Polda Sultra Kompol dr. Mauluddin menyatakan kasus ini murni bunuh diri.
Meskipun dalam kondisi berlutut namun pihaknya menemukan bukti kuat Asni bunuh diri karena beberapa faktor.
"Pertama di lehernya ada bekas lilitan kain yang memang karena upaya bunuh diri, jadi memang tidak ada campur tangan orang lain," ujar dr. Mauluddin, Rabu, 5 Desember 2017.
Penyelidikan dari kondisi tubuh, menurut dokter berpengalaman itu, tidak ada tanda lebam, pengaruh obat atau adanya tanda-tanda penganiayaan.
"Kedua karena berdasarkan informasi saksi, Asni sering merasakan penganiayaan psikis, lalu ada SMS bernada ancaman," tambah dr. Mauluddin.
(BACA: Nafa Urbach Janji Bakal Hadiri Sidang Kasus Pedofilia Anaknya)
SMS yang dimaksud dr. Mauluddin, dikirimkan dari ponsel Asni kepada Agus Sulistio.
Asni mengancam akan menghabisi nyawanya sendiri jika Agus tidak datang.
"Kalau kamu tidak datang, saya akan bunuh diri," demikian bunyi SMS Asni kepada Agus pada malam kejadian.
*Terungkap, Agus Menjanjikan Asni Menikah *
Dari pengakuan keluarga Asni, ternyata keduanya hanya menikah siri beberapa waktu lalu.
(BACA: Ternyata Kasus Dewi Perssik Belum Diurus Jalur Hukum)
Nikah siri ini, diduga karena Asni sudah mengandung anak Agus.
Setelah melalui proses pembicaraan keluarga, Asni diputuskan akan menikah dalam beberapa Minggu ke depan.
Hasil rapat keluarga Asni, Agenda awal pernikahan keduanya, Minggu, 3 Desember 2017.
Agus Sulistio yang kini sudah mendekam dalam tahanan Polres Konawe dijadwalkan akan membawa uang adat ke rumah keluarga Asni.
Rencana ini gagal total setelah Asni ditemukan sudah tak bernyawa.
Diduga kuat, Asni stres menghadapi Agus Sulistio.
Dari hasil pemeriksaan polisi, Agus Sulistio ternyata positif menggunakan narkotika sabu-sabu.
Meskipun, tidak ada barang bukti saat dilakukan penggeledahan.
Agus Sulistio juga ternyata memiliki sejumlah utang pada orang lain.
Sehingga, kadang menjual barang berharga milik Asni.
(BACA: Sebelum Kasusnya Dengan Jennifer Dunn, Ternyata Sarita Abdul Mukti Pernah Jadi Model Video Klip Loh!)
"Dia sempat pergi pinjam mobil orang di rental mobil, mobil ini ternyata digadai juga," ujar salah satu keluarga Asni yang enggan disebut namanya.
Hal itu diakui rekan-rekannya di Polres Konawe.
Pasalnya, polisi yang mengawali karier dari pangkat Prajurit Dua (Prada) itu sering menjadi bahan pembicaraan di kantornya. (*)