Dalam konteks saling ejek antar anak, menurut Kak Seto, selama itu tidak membuat anak yang diejek tersebut tertekan dan trauma, belum bisa dikategorikan sebagai bullying.
Berbeda ketika saling ejek itu dilakukan terus menerus dan cenderung menghina, bisa jadi menimbulkan rasa tertekan dan trauma.
Bahkan jika itu menyebabkan korban takut kembali ke lingkungan tersebut, jelas itu dikategorikan sebagai kasus bullying.
"Kadang-kadang lingkungan tidak peduli. Baik itu guru, pengelola sekolah, maupun orang tua sendiri," terang Kak Seto.
Baca Juga : Pernah Jadi Korban Bullying Pada Masa Sekolah, Verrell Bramasta Mulai Jaga Penampilan
Kak Seto mengakui jika komunikasi di dalam sebuah keluarga masih banyak yang bermasalah.
"Cara mendidik orang tua terhadap anak mereka harus berani berubah. Sudah bukan zamannya lagi seperti dulu," ujarnya.
"Ada anak-anak yang kadang mengadu ke saya kabur dari rumah," ungkap Kak Seto.
"Kalau ditanya kenapa, jawaban khas mereka 'nyokap gue mulutnya kayak ember' katanya ngomel terus, marah-marah terus," lanjutnya.
Baca Juga : Heboh Kasus Bullying, Uya Kuya Tak Khawatir Soal Pergaulan Anak-anaknya dalam Bermedia Sosial
"Nah ini yang kadang kala justru tidak efektif. Jadi, orang tua maupun pendidik harus memposisikan mereka sebagai sahabat anak, penuh persahabatan," jelas Kak Seto.
Menurut Kak Seto, anak-anak akan cenderung merindukan persahabatan.
Sehingga jika di rumah tidak ada suasana yang bersahabat, anak akan mencari itu di luar.
Sementara di luar, sudah ada beragam perilaku menyimpang yang bisa membahayakan anak-anak.
(*)