Grid.ID - Di hari Kartini 2019, mencari inspirasi lewat film bertema emansipasi wanita mampu mengingatkan kita pada perjuangan RA Kartini.
Pada film bertema emansipasi wanita akan menggambarkan sisi inspiratif lewat sosok RA Kartini pada anak dan keluarga di Hari Kartini 2019.
Dalam menyambut hari Kartini 2019, ada baiknya menyiapkan film bertema emansipasi wanita yang akan menggugah semangat perjuangan para perempuan Indonesia.
Baca Juga : Hari Kartini 2019: Intip Inspirasi Kebaya Ala Para Ibu Negara, Mulai dari Iriana Widodo Hingga Ani Yudhoyono
Inspirasi RA Kartini sebenarnya sudah banyak sekali difilmkan.
Bahkan, terdapat film berjudul Kartini yang menuai banyak pujian.
Pasalnya, film Kartini ternyata pernah diputar di markas besar PBB di Konferensi Wanita Internasional.
Film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini pernah diputar pada ajang Comission on the Status of Women ke-62 di PBB, di Amerika Serikat.
Film tersebut menceritakan tentang kisah perjuangan RA Kartini, pahlawan yang dikenal lewat usahanya memperjuangkan emansipasi wanita di tengah kuatnya budaya patriarki.
Atas perjuangannya tersebut, RA Kartini pun mendapatkan gelar sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden RI No 108, tanggal 2 Mei 1964
Baca Juga : Hari Kartini 2019: Inilah 4 Kartini Muda Tanah Air, Selain Cantik Mereka juga Mementingkan Pendidikan
Namun ternyata tak hanya film Kartini yang diperankan Dian Sastro yang memiliki unsur emansipasi wanita.
Oleh karena itu, ada baiknya kita melihat film-film bertema emansipasi wanita untuk menghargai perjuangan RA Kartini.
Dilansir Grid.ID dari berbagai sumber YouTube, berikut beberapa film bertema emansipasi wanita.
1. Srikandi (2016)
Film Srikandi juga sangat cocok disaksikan bersama keluarga di Hari Kartini.
Film yang dibintangi oleh Tara Basro, Bunga Citra Lestari, dan Chelsea Islan ini mengambil latar belakang olahraga.
Baca Juga : Hari Kartini 2019: Perayaan Unik Sambut Hari Kartini di Indonesia, Ada Apa Saja?
Ketiganya adalah atlet panahan dan hidup di latar belakang keluarga yang berbeda.
Masalah yang mereka hadapi juga berbeda, hingga akhirnya dipersatukan menjadi tim panahan yang mewakili Indonesia di Summer Olimpyc 1988 di Seoul, Korea Selatan.
2. The Croods (2013)
Film yang satu ini merupakan jenis film animasi buatan Dreamwork Animation.
Meskipun berupa film animasi, kisah Eep yang tinggal bersama keluarga manusia di gua terbilang cerdas.
Eep yang ditantang ayahnya tinggal di gua, pada akhirnya bertekat untuk mengekang perintah sang ayah.
Akhirnya, Eep yang memiliki tekad kuat dapat melihat dunia yang bergitu terang dan indah.
3. Wedding Dress (2010)
Film yang berasal dari negeri gingseng, Korea Selatan ini menceritakan kisah seorang single mother yang harus bekerja keras untuk sang anak.
Ko-woon hanya tinggal berdua dengan sang anak, So-ra yang masih bersekolah tingkat dasar.
Ko-Woon yang bekerja sebagai desainer baju pengantin jarang ada waktu untuk mengurus So-ra.
So-ra pun berusaha untuk mandiri dan tak jarang kesal dengan sang mama.
Film ini akan membuat kamu bercucuran air mata jika melihatnya.
4. Iron Lady (2011)
Film bergenre drama-biografi ini menceritakan tentang perjuangan wanita yang ingin membuktikan perannya dalam pemerintah negara.
Perjuangan yang dilakukan sejak masih kecil oleh Margaret Thatcher mampu mewujudkan harapannya.
Akan tetapi, pada akhirnya ia harus kembali berjuang melawan sakit dementia yang dialaminya di masa tua.
Film inspiratif ini pernah menerima beberapa penghargaan dari Academy Award, Golden Globe, dan Emmy Award.
Baca Juga : Menikah di Hari Kartini, Suvenir Pernikahan Syahnaz Unik dan Manis!
5. Sokola Rimba (2013)
Film yang disutradarai Riri Riza ini cocok disaksikan di Hari Kartini.
Pasalnya, film ini menceritakan tentang perjuangan Butet Manurung, aktivis dan pelaku pendidikan bagi masyarakat terpencil di Indonesia.
Baca Juga : Hari Kartini, Pevita Pearce Tampil Ayu Memesona Kenakan Balutan Kebaya
Butet mengajarkan baca-tulis dan berhitung kepada anak-anak Suku Anak Dalam yang tinggal di hulu sungai Makekal di bukit Dua Belas, Jambi.
Ia menggunakan metode antropologis, di mana tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tapi juga tinggal dan hidup bersama masyarakat yang ia didik. (*)