Filmnya pun diakui dan berhasil mendapatkan berbagai pernghargaan bergengsi di industri perfilman nasional bahkan hingga tingkat internasional.
"Mungkin karena di masyarakat, kultur yang ada adalah wanita tidak dididik menjadi pemimpin alias tidak diharapkan menjadi breadwinner. Dunia mungkin memiliki deskripsi sendiri tentang perbedaan perempuan dan laki-laki, tapi Mouly memilih untuk tidak berfokus pada hal itu," pungkasnya.
3. Angkie Yudistia, Pendiri Network Profesional Disabilitas
Sebagai seseorang yang sulit mendengar, Angkie frustrasi dengan betapa sedikitnya pilihan pekerjaan untuk orang-orang penyandang diabilitas di luar sana.
Belajar dari pengalaman, Angkie pun mendirikan Thisable. sebuah 'profesional network' untuk menjembatani para penyandang disabilitas dan non disabilitas agar bisa bertoleransi, dan mengerti satu sama lain.
Angkie ingin menghapus pandangan penyandang disabilitas yang harus dikasihani.
“Begitupun juga dengan masyarakat luas, tidak perlu mengasihani kami. Penyandang disabilitas itu memiliki sensitivitas tinggi. Kami bisa tahu dari ekspresi orang, kalau mereka tidak percaya dengan kemampuan kami. Jangan kasihani kami, namun berikanlah kesempatan yang sama, terutama dalam bekerja. Kami akan buktikan kami mampu,” tegasnya.
Ia membuktikan bila kekurangan yang dimiliki penyandang disabilitas tidak membatasi seseorang untuk bekerja, berkarya, dan meraih impiannya.
"Semoga saja, semakin banyak lagi perempuan penyandang disablitas yang merasa terpacu untuk mandiri secara ekonomi dengan bekerja. Teman-teman penyandang disabilitas tidak perlu merasa rendah diri, misalnya takut orang lain tidak mau berteman dengan kita. Padahal, mereka mau, kok,” jelas Angkie.
4. Soraya Cassandra, Urban Farmer