Grid.ID - Anggota kerajaan biasanya akan dilindungi oleh rakyatnya sendiri.
Namun kisah tragis justru menimpa Sunandha Kumariratana, Ratu Thailand yang tewas di hadapan rakyatnya sendiri.
Sunandha Kumariratana dibiarkan tewas tenggelam lantaran ada aturan kerajaan yang tak memperbolehkan siapapun untuk menyentuh sang ratu.
Baca Juga : Cuma Jagain Jodoh Orang, 7 Pasangan Artis ini Pacaran Lama tapi Tak Berakhir ke Pelaminan
Seorang ratu adalah penguasa yang seharusnya dilindungi oleh rakyatnya sendiri.
Tentu saja ratu memiliki peran besar dalam tatanan negara dan kemudian dilindungi oleh bangsanya.
Namun karena aturan yang dibuatnya sendiri, seorang ratu harus mati di hadapan rakyatnya.
Dilansir Grid.ID melalui Situs Historyofroyalwomen, beginilah kisah Sunandha Kumariratana.
Baca Juga : Menikah dengan Pengusaha Kaya, Intip Rumah Mewah Siti Nurhaliza yang Serba Glamor Bak Istana Sultan
Ia merupakan seorang Putri dari Raja Mogut (Rama IV) dan Ratu Sucharitakul (Rama V).
Kala itu mereka adalah seorang penguasa di Siam yang saat ini dikenal dengan Thailand.
Sunandha Kumariratana dikisahkan pernah memiliki seorang anak perempuan.
Bernama Kannabhorn Bejaratana dan dia hamil lagi saat tragedi menimpanya pada tanggal 31 Mei 1880.
Baca Juga : Digaji Rp8 Juta Per Bulan, Sopir Pribadi Hotman Paris Bongkar Perlakuan sang Pengacara Kondang
Saat dia dan putrinya dalam perjalanan ke Istana dengan di kapal kerajaan.
Kapal yang ia naiki tiba-tiba saja terbalik dan ia pun tenggelam.
Namun,dalam sebuah aturan telah dibuat bahwa tidak ada siapapun yang boleh menyentuh seorang ratu.
Rakyat dan penjaganyapun hanya menonton dan menyaksikan kejadian itu, dan mereka tidak dapat membantunya.
Baca Juga : Kisah Tragis Kematian Sridevi, Rekan Sesama Artis Ungkap Kekejaman Dibalik Industri Bollywood
Mereka dilarang menyentuh sang Ratu, walaupun sebenarnya mereka sebenarnya bisa menyelamatkan nyawanya.
Mereka bahkan diinstruksikan untuk tidak melakukan apa-apa oleh penjaga di kapal.
Akibatnya Sunandha Kumariratana tewas tenggelam di hadapan rakyatnya. (*)