(Baca juga: Wah Manusia Kalah Nih! 5 Hewan Lucu Ini Memiliki Lebih Dari 2 Juta Follower)
"Melainkan, ini adalah konsekuensi yang tidak terelakkan dari kebijakan Pemerintahan Netanyahu."
Status Yerusalem kini makin tenggelam dalam pusaran konflik antara Israel dan Palestina.
Harapannya, ibukota Palestina di masa depan rencananya adalah Yerusalem.
Kembali dikutip dari Newsweek, pengakuan Donald Trump justru merusak kesepakatan antara kedua belah pihak yang bertikai dan tentu makin memperkokoh pengaruh Israel di Yerusalem.
(Baca juga: Viral! Tersebar Video Guru Cambuk Siswa yang Lupa Mengerjakan PR!)
Kehilangan Thuraya adalah kerugian bagi orang-orang di Jalur Gaza.
"Saya bertemu pria ini saat saya tinggal di Jalur Gaza," ungkap Denny Cormier, seorang pensiunan yang cukup paham dunia media sosial, kepada Newsweek.
"Ini adalah kerugian bagi orang-orang di Gaza, dan terutama mereka yang mengenalnya."
Matinya sang pria Palestina berkursi roda justru akan menyulut kobaran api.
(Baca juga: Begini Isi Tweet War Mendebarkan Soal Palestina, Mantan Pesepak Bola Inggris VS Mantan Jubir Tentara Israel)
Seorang pakar Timur Tengah di Brookings Institution, menyebut Presiden ke-45 AS justru malah menyiramkan bensin ke dalam api.
"Konflik Israel-Palestina sulit untuk dikendalikan," ungkapnya kepada Newsweek.
"Namun, bukannya dengan tenang mengelola perselisihan, Pemerintahan Trump justru memilih untuk menyiramkan bensin ke dalam api."
"Dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Gedung Putih pasti sudah tahu bahwa orang-orang Palestina melancarkan demonstrasi."
"Dan, tentu kau tahu, orang-orang di Israel tidak akan duduk diam."
Amarah yang membara tentu makin meningkat usai Thuraya tewas.
"Dengan meninggalnya Abu Thuraya, Pemerintahan Trump sekarang memiliki kobaran api seperti yang diinginkannya."
"Kini pertanyaannya, 'Apakah mereka akan mengambil alat pemadam kebakaran, atau malah makin membesarkan kobaran api?'"(*)