Alasan Ayano melakukan hal ini adalah untuk mengusir rasa sepi.
Boneka-boneka ini dibuat seukuran aslinya dengan tongkat kayu, koran untuk mengisi tubuh, kain elastis untuk kulit dan wol rajut untuk rambut.
Setelah jadi boneka-boneka ini disusun Ayano di seluruh pelosok Lembah Nagaro dalam berbagai aktivitas yang membuat mereka tampak hidup.
Mulai dari bekerja di ladang, menjaga toko hingga menunggu bus di halte.
Ayano bahkan mengisi gedung sekolahan yang ada di Lembah Nagaro dengan boneka buatannya.
Aksi yang dilakukan Ayano ini jelas menarik para turis tertarik mengunjungi Lembah Nagaro.
Kebanyakan mereka menganggap apa yang dilakukan Ayano ini tidak masuk akal dan membuat mereka takut.
Tapi tidak sedikit pula yang memuji hasil karya Ayano dan menganggapnya sebagai bentuk seni instalasi terbesar.
Sampai detik ini terdapat sekitar 300 boneka yang 'hidup' dan menggantikan penduduk asli Lembah Nagoro.
Baca Juga : Jokowi Akan Pindahkan Ibu Kota dari Jakarta, Anies Baswedan:
Nasib Nagoro mirip dengan nasib sebagian besar kawasan di Jepang, di mana jumlah populasi menurun, angka kelahiran rendah, dan harapan hidup yang tinggi.
Jepang berada di ambang menjadi negara "sangat tua" pertama di dunia, yang berarti bahwa 28 persen orang berusia 65 atau lebih.
Laporan pemerintah terbaru menunjukkan bahwa 27,7 persen dari total populasi Jepang yang berjumlah 127 juta telah berusia 65 atau lebih. Angka tersebut diperkirakan akan melonjak menjadi 37,7 persen pada tahun 2050.
Menurut para ahli, sekitar 40 persen dari 1.700 kota di Jepang didefinisikan "kehilangan penduduk". (*)