Find Us On Social Media :

H&M Kembang-Kempis, Nasib Zara Gimana Ya?

By Ahmad Rifai, Minggu, 17 Desember 2017 | 19:17 WIB

Ilustrasi | Vogue India & KSA Gate

Grid.ID - Guncangan bisnis ritel belum juga berakhir. 

Satu per satu peritel mesti bersiasat, sebelum terjungkal lebih dalam.

Peritel H&M, misalnya. 

Pada Jumat (15/12/2017) kemarin, peritel asal Swedia itu mempublikasikan hasil penjualan tiga bulanannya.

(Baca juga: Semakin Sering Tampil Bersama, yuk Intip Gaya Chelsea Islan dan Daffa Wardhana dalam Balutan Busana Batik)

Laporannya tak begitu menggembirakan, penjualan sebelum pajak merosot 4 persen menjadi 50,4 miliar kronor Swedia (sekitar 6 miliar dollar AS).

Saham H&M juga terseok hingga 16 persen, penurunan paling tajam sejak Maret 2001.

Lantas, apakah kondisi serupa juga dialami peritel raksasa lainnya yakni Zara?

Beberapa hari sebelum H&M mengumumkan hasil kinerjanya, Zara juga melansir kondisi perusahaannya.

(Baca juga: Bella Shofie Pamer Tubuh Langsing dengan Koleksi Busana Model Jumpsuit yang Elegan)

Kala itu, Rabu (13/12/2017), Inditex sebagai pemilik merek Zara melaporkan perlambatan tumbuhnya penjualan pada kuartal ketiga 2017.

Seperti diwartakan Reuters, penjualan Zara antara bulan Agustus hingga Oktober memang naik 6 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 6,3 miliar Euro (sekitar 7,4 miliar dollar AS).

Namun, angka pertumbuhan tersebut menurun dari 9,2 persen pada kuartal sebelumnya atau 11,6 persen dibandingkan tahun lalu.

Sementara itu, laba bersih peritel Spanyol itu naik tipis 2,7 persen menjadi 975 juta Euro.

(Baca juga: Dibilang Mirip Demi Lovato Hingga Selena Gomez, Begini Penampilan Prilly Latuconsina dengan Makeup Flawless)

Cuaca lebih dingin di Eropa pada bulan November menjadi angin segar bagi Zara untuk menebalkan pundi-pundinya.

Mereka mengklaim, penjualan di sekitar 7.500 toko fisik dan juga situs daring meningkat 13 persen antara 1 November hingga 1 Desember lalu.

Sejumlah analis mengatakan, keuntungan yang diraih Zara selayaknya tak membuat peritel tersebut jemawa. 

Sebab, bisnis Zara amat sensitif terhadap fluktuasi Euro.

(Baca juga: Bahaya Banget! Berbagai Penampilan Yuki Kato dalam Balutan Kebaya ini Bikin Kamu Terpukau)

Untuk diketahui, sebagian besar pakaian Zara diproduksi langsung di Eropa demi merespons secara cepat perubahan tren fesyen.

Namun, lebih dari separuh penjualan produk Zara justru terjadi di negara-negara luar Eropa.

Memang, model bisnis yang dijalankan membuat Zara mampu mengungguli pesaingnya, misalnya H&M.

Dengan mempertahankan basis manufaktur dekat dengan pusat distribusi di wilayah Galicia di utara Spanyol, Zara dapat memajang desain baru hanya dalam beberapa minggu.

Hal itu berbeda dengan H&M yang produksi barangnya lebih dominan dilakukan di negara berkembang, seperti Kamboja dan Bangladesh.(*)

Artikel ini sebelumnya sudah pernah tayang di Kompas.com dengan judul 5 Potret Kemesraan Nindy Bersama Suaminya Sebelum Dimutilasi