Grid.ID - Lari Marathon menjadi tren yang sedang digandrungi oleh beragam orang mulai dari siswa sekolah, artis peran, hingga professional.
Dokter spesialis kesehatan olahraga dr. Rachmat Wishnu Hidayat, SpKO mengatakan marathon termasuk olahraga berat.
Untuk itu, tak semua orang dapat mengikutinya.
“Kebanyakan masyarakat awam, lari adalah passion. Sering kali kita merasa sehat, tapi kita tidak tahu kondisi tubuh secara pasti,” kata Wishnu dalam acara Marathon Fit Panel yang diadakan Lab Prodia di Jakarta yang dikutip Grid.ID dari Kompas.com.
(Hati-Hati Masuk ke Negara Lain, Inilah Pengalaman WNI yang Diperiksa Acak oleh Imigrasi Singapura)
1. Penyakit jantung
Wishnu menyebutkan, penderita jantung parah sangat tak dianjurkan mengikuti marathon.
Dari hasil tes latihan stress dengan elektrokardiograf (EKG) di mesin treadmill, lari intensitas ringan saja dapat memimbulkan gangguan jantung bagi yang sudah memiliki gangguan.
Keluhan jantung dapat timbul pada 2-3 menit pertama dengan adanya perubahan gambaran EKG.
“Kalau dijumpai gambaran perubahan EKG atau tanda-tanda iskemi otot jantung pada pembebanan dengan intesitas sedang, maka itu tidak dianjurkan untuk mengikuti marathon,” kata Wishnu.
(Ditinggal Suaminya Nikah Lagi, Beginilah Masa-Masa Indah Rumah Tangga Nadya Almira)
2. Diabetes
Selain itu, pengidap diabetes melitus juga tak bisa begitu saja mengikut marathon.
Untuk ikut alri marathon, syaratnya, kondisi gula darah harus teratur.
Syarat lain, pemeriksaan EKG treadmill juga harus tak menunjukkan adanya iskemi otot jantung dan penurunan gula darah pada intensitas tinggi, sekitar 6 Mets (Metabolic equivalents).
Penurunan gula darah dapat terlihat dengan adanya rasa lemas, gemetar, keringat dingin, dan pucat.
Bagi pengidap diabetes melitus, penurunan gula darah ini dapat mengancam nyawa.
Jika telah memenuhi syarat di atas, Wishnu menganjurkan pengidap diabetes tak menargetkan medali dan catatan waktu saat ikut marathon.
“Dihindari berkompetisi, hanya finish dengan catatan waktu yang tidak ngoyo,” ucap Wishnu.
(Inilah 7 Kelakuan Anak Presiden Jokowi, Mentang-Mentang Anak Presiden Tingkahnya Bikin Mata Melongo)
3. Cedera tulang
Orang yang mengalami cedera tulang akibat penggunaan berlebih juga tak dianjurkan mengikut marathon.
Masa pemulihan dapat berlangsung cukup lama hingga 6 bulan.
Larangan ikut marathon juga berlaku pada wanita yang mengalami gangguan menstruasi.
Menurut Wishu, setidaknya dibutuhkan 6 bulan masa menstruasi teratur pasca gangguan datang bulan terakhir kalinya.
Gangguan menstruasi dapat mengganggu hormon estrogen.
Di sisi lain, penurunan estrogen dapat membuat penurunan kepadatan tulang.
Risikonya, bukan hanya anemia melainkan juga osteoporosis dini hinga patah tulang patologis.
“Kepadatan tulang turun, massa tulang rendah. Kepentok diikit aja patah tulangnya. Bahaya sekali. Makanya kalau ada gangguan menstruasi, bahkan bukan pelari pun kita tidak anjurkan untuk melakukan olahrga berat walaupun usianya muda,” ujar Wishnu. (*)
Artikel ini juga tayang di Kompas.com dengan judul Jangan Ikut Marathon jika Anda Punya Penyakit-penyakit Ini