Baca Juga : Tak Banyak yang Tahu Jiak 4 Tempat Wisata Berikut ini Menyimpan Banyak Mayat Manusia
Mengira tidak bisa hidup lama
Pada dasarnya, jarang ada orang mau menyumbangkan mayat mereka ke ilmu kedokteran. Jadi, apa yang dilakukan Paul bisa dibilang cukup mengagetkan.
Sebelum meninggal dunia, Paul bercerita pada tahun 2000 bahwa dia mengira tidak bisa hidup lama.
Ini dikarenakan ia mengalami banyak masalah kesehatan, seperti mastektomi ganda, melanoma, operasi tulang belakang, diabetes, penggantian pinggul dan bisul.
Namun faktanya ia bisa melanjutkan hidup 15 tahun lamanya sebelum meninggal dunia pada tahun 2015 di usia 87 tahun.
Selama periode itu (dari tahun 2000 hingga 2015), dia menjadi dekat dengan peneliti yang terlibat dalam proyek, termasuk para mahasiswa kedokteran.
Ketika tiba-tiba Potter dikabarkan meninggal dunia, peneliti meminta agar para mahasiswa kedokteran segera menemukan mayat Potter.
Baca Juga : Berhasil Lolos dari Maut, Pria ini Bertahan di Tengah Laut dengan Puluhan Mayat Disekelilinganya
Mereka harus bergegas cepat untuk menemukan mayat Potter dan membuatnya beku agar pengawetan bekerja.
Setelah ditemukan, mayat Potter dimasukkan ke dalam freezer dengan suhu minus 26 derajat Celcius dan berada di sana selama dua tahun lamanya.
Lalu setelahnya mereka melakukan proses pemotongan tubuh.
Langkah pertama, mereka membagi tubuh Potter menjadi dua bagian. Lalu masing-masing dipotong sekitar 115 cm atau seperempat bagian.
Dan pada akhirnya dipotong sangat tipis agar membentuk rekaman digital. (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari online dengan judul, “Sumbangkan Tubuhnya Untuk Sains, Mayat Wanita Ini Dipotong Menjadi 27.000 Bagian “