Grid.ID – Hari ini (22/12/2017) merupakan hari yang spesial, terutama bagi seluruh wanita.
Ya, hari ini adalah Hari Ibu Nasional.
Sebelum merayakan Hari Ibu, ada baiknya Anda mengetahui sejarahnya.
Tanggal itu dipilih untuk merayakan semangat wanita Indonesia dan untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara.
(BACA: Makin Akrab, Jane Shalimar Beri Kado Spesial untuk Vanessa Angel sampai Bikin Jerit!)
Pada 2016 lalu, Google doodle bahkan memajang gambar untuk memperingati Hari Ibu.
Kini, arti Hari Ibu telah banyak berubah, karena hari itu diperingati dengan menyatakan rasa cinta terhadap kaum ibu.
Orang-orang saling bertukar hadiah dan menyelenggarakan berbagai acara dan kompetisi, seperti lomba memasak dan memakai kebaya.
Hari Ibu di Indonesia dirayakan pada ulang tahun hari pembukaan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama, 22-25 Desember 1928.
(BACA: Deva Mahenra Persembahkan Puisi Romantis, Buat Velove Vexia nih?)
Kongres ini diselenggarakan di sebuah gedung bernama Dalem Jayadipuran, yang kini merupakan kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional di Jalan Brigjen Katamso, Yogyakarta.
Kongres ini dihadiri sekitar 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatra yang kemudian melahirkan terbentuknya Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).
Di Indonesia, organisasi wanita telah ada sejak 1912, terinspirasi oleh pahlawan-pahlawan wanita Indonesia pada abad ke-19 seperti Kartini, Christina Martha Tiahahu, Cut Nyak Meutia, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, dan lainnya.
Kongres dimaksudkan untuk meningkatkan hak-hak perempuan di bidang pendidikan dan pernikahan.
Agenda utama Konggres Perempuan Indonesia I adalah persatuan perempuan nusantara, peranan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan, peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, hingga pernikahan usia dini bagi perempuan, dan lain sebagainya.
Kongres Perempuan Indonesia II kemudian digelar Juli 1935. Dalam konggres ini dibentuk BPBH (Badan Pemberantasan Buta Huruf) dan menentang perlakuan tidak wajar atas buruh wanita perusahaan batik di Lasem, Rembang.
Peringatan Hari Ibu pada 22 Desember baru ditetapkan pada Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938.
Secara resmi tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu oleh Presiden Soekarno melalui melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini.
Peringatan Hari Ibu 2017
Presiden Joko Widodo akan hadiri puncak Peringatan Hari Ibu (PHI) yang berlangsung di Raja Ampat, Papua Barat, 22 Desember 2017.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise yang menjadi penggagas rangkaian PHI ke-89 di tahun 2017 ini.
Jokowi akan didampingi juga oleh Ibu Negara Iriana Jokowi dalam acara tersebut.
"Beliau juga meminta sembilan menteri perempuan di Kabinet Kerja ikut membacakan puisi termasuk saya,” ujar Yohana saat ditemui di Kantor Kementerian PPPA, Jakarta Pusat, Senin (18/12/2017).
Selain Yohana, menteri perempuan lainnya, yakni Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya Bakar, Menteri Koordinator Bidang Pengembangan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Menteri Kesehatan Nila F Moelok, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Namun, Yohana belum mengetahui pasti puisi apa yang akan dibawakan oleh presiden.
“Saya belum tahu, tapi yang jelas setiao menteri perempuan akan membacakan hasil karyanya masing-masing. Nanti saya akan membacakan puisi sama seperti yang saya bacakan tahun lalu,” terangnya.
Penyelenggaraan PHI yang berada di kawasan paling timur Indonesia ini menurut Yohana juga merupakan keinginan Presiden Jokowi.
“Dua tahun lalu Presiden menyampaikan bahwa peringatan hari ibu harus diadakan di luar Istana Negara, agar masyarakat ikut merasakan kehadiran negara dalam perayaan tersebut,” ungkapnya.
Kementerian PPPA sendiri menggelar rangkaian kegiatan PHI sejak awal Desember 2017. Berikut rangkaian kegiatannya:
1. Simposium nasional “Peran Ibu untuk Perdamaian” yang berepatan dengan kehadiran ‘First Lady’ Afghanistan, Yang Mulia Rula Ghani ke Indonesia tanggal 4-5 Desember 2017.
2. Bakti Sosial di Manokwari tanggal 5-7 Desember 2017 dengan kegiatan pelatihan guru TK PAUD, IVA Test, dan penyuluhan narkoba bagi siswa siswi SMA.
3. Katumbiri Expo 2017 dengan tema “Optimalisasi Peranan Perempuan dalam Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya Menuju Kesejahteraan” di JCC, Jakarta pada 6-10 Desember 2017.
(BACA: Tak Hanya Via Vallen, Ayu Ting Ting Pamer Penampilan Rambut Barunya! Seperti Apa ya?)
4. Peluncuran model sekolah perempuan dan akademi komunitas di Kabupaten Waropen tanggal 13 Desember 2017.
5. Ziarah ke Taman Makam Pahlawan bersama seluruh organisasi perempuan pada 20 Desember 2017.
6. Bakti sosial nikah massal 100 pasang di Sorong, 21 Desember 2017.
7. Bakti sosial dengan tema “Sosialisasi Pencegahan Kanker Payudara Sejak Dini” di Raja Ampat pada Januari 2018 mendatang.
(BACA: Ali Syakieb Temani Citra Kirana Beri Kejutan Orang Kesayangannya! Wah, Makin Deket nih?)
8. Lomba, pentas seni budaya, dan pameran kuliner serta kerajinan tangan khas di Papua Barat tanggal 21 Desember 2017.
9. Pembacaan puisi oleh Presiden dan 9 menteri perempuan di kabinet kerja; pemberian sertifikat PRONA (Pengurusan Sertifikat Tanah) sebanyak 300 buah kepada para perempuan Papua di Raja Ampat serta pelaksanaan upacara bendera di seluruh Indonesia dan perwakilan Indonesia di luar negeri pada tanggal 22 Desember 2017.
Artikel ini sudah tayang di Tribun Timur dengan judul: Kenapa 22 Desember Dipilih Jadi Hari Ibu? Ternyata Ini Jawabannya (*)