Grid.ID – Di bulan Ramadan seperti sekarang ini terutama di Indonesia selalu memiliki ciri khas tersendiri.
Mulai dari penjual takjil dadakan yang bermunculan menjelang senja hingga tradisi buka bersama keluarga dan teman yang memenuhi agenda selama bulan puasa.
Namun pernahkah kamu membayangkan bgaiamna suasa bulan Ramadan masyarakat Indonesia di era kolonial atau masa penjajahan dulu?
Baca Juga: Ingin Belanja Kebutuhan Ramadhan? Waspadai Hal Ini
Menurut dosen Sejarah IAIN Surakarta, Martina Safitry, ketika itu Belanda masih memiliki kontrol terhadap sistem pemerintah Indonesia.
Walau demikian, umat Muslim di Indonesia masih diberikan keleluasaan dalam menjalankan ibadahnya sesuai dengan keyakinan.
Sama seperti masa sekarang, perdebatan mengenai penentuan awal Ramadhan juga telah ada sejak dulu kala.
Pada masa sekarang, penentuan awal Ramadhan ditentukan dengan perhitungan hisab dan rukyat yang dipimpin Kementerian Agama.
Baca Juga: Misteri Kuno Berusia 2.000 Tahun, Guci Orang-Orang Mati ini Ditemukan di Laos
Namun, pada masa penjajahan pihak yang menentukan awal Ramadhan adalah Perhimpoenan Penghoelo dan Pegawainya (PPDP) atau lebih dikenal Hoofdbestuur.
Meski demikian, ternyata dua organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) memiliki Hoffbestuur-nya sendiri.