Find Us On Social Media :

Seburuk-Buruknya Mimpi Penggembala Domba, Disergap dan Tulang Dikoyak Memakai Batu, 'Saya Terlahir Bunuh Orang Palestina'

By Ahmad Rifai, Selasa, 26 Desember 2017 | 00:58 WIB

Ilustrasi | We Watch Israeli Violations & Israel National News

Laporan Wartawan Grid.ID, Ahmad Rifai

Grid.ID - Menjadi seorang gembala domba tidak jauh berbeda layaknya preman bertato di era Soeharto.

Ya, itulah yang akan muncul di kepala kamu bila mendengar kisah Wael Joudeh asal Palestina.

Pada 26 Februari 1988, usia Joudeh masih 17 tahun.

Bersama sepupunya, Osamah, mereka hendak pulang usai menggembala domba.

(Baca juga: Tajir Melintir, Pemain Basket Ini Berikan Hadiah Natal Jam Rolex Buat 15 Rekan Timnya, Harganya Bikin Melongo)

Tidak disangka-sangka, pasukan Israel membuntuti langkah mereka.

Mendadak, rencana kepulangan jadi kacau.

Tubuh dibanting ke tanah, tulang berusaha dipatahkan oleh pasukan Israel menggunakan batu.

Beruntung aksi keji tersebut berhasil direkam.

(Baca juga: Seorang Pelanggan Memberi Tip Rp 40 Juta Sebagai Hadiah Natal Kepada Pelayan Restoran, Alasannya Sangat Mengharukan)

Video ini, kelak jadi bukti pertama bagi aksi kontroversial bernama 'Kebijakan Patah Tulang'.

Dikutip wartawan Grid.ID dari Sinar Online, seorang pasukan Israel melepas helm dan menghantamkannya ke kepala Joudeh hingga sempoyongan.

"Saya terlahir untuk membunuh orang Palestina," seloroh pasukan Israel berdasarkan penuturan Joudeh.

Tidak berhenti sampai di situ, tangannya kemudian dikunci ke balik punggung.

(Baca juga: Gerobak Pecel Ini Dijamin Bikin Kamu Melongo! Perhatikan Lacinya!)

Batu dipakai untuk menghancurkan tangannya.

"Mereka juga berusaha untuk mempermalukan dan menjatuhkan semangat kami," ungkap Joudeh.

Usai keduanya dihajar habis-habisan, Joudeh dan Osamah kemudian dibawa ke pusat hukuman Tubas' al-Faraa di Tepi Barat.

Malam harinya, seorang perwira Israel datang menanyai apakah tulangnya baru saja patah.

(Baca juga: Seorang Suami Takut Hadapi Natal Tahun Ini, Alasannya Sungguh Bikin Hati Teriris)

Kenang Joudeh, perwira tersebut mengatakan dunia tengah berpikir bahwa Joudeh dan Osamah telah tewas.

Baik kubu Israel maupun Joudeh tidak tahu bahwa obrolan tersebut ternyata telah direkam.

Seorang pria yang berjarak 200 meter mendokumentasikan setiap siksaan yang dilakukan.

Keduanya kemudian dilepaskan usai media internasional terus menekan Israel.

(Baca juga: Ada Noda Darah di Popok, Bayi 10 Bulan Ini Diduga Disiksa Ibunya)

Sebenarnya praktik keji semacam ini sudah pernah dialami oleh Joudeh.

Pada 31 Desember 1985, sekelompok pasukan Israel menculik Joudeh saat dirinya baru saja pulang sekolah.

Semenjak Intifada pertama, setidaknya Joudeh sudah 5 kali ditahan.

Kini Joudeh berusia 46 tahun, sudah menikah, mempunyai 4 orang anak, dan bekerja di Kementerian Keuangan Palestina.

(Baca juga: Jomblo Dilarang Iri! Seorang Wanita Dilamar Kekasihnya di Bandara Pakai Cara yang So Sweet, Kalau Kamu?)

"Saya selalu menceritakan pengalaman saya kepada anak-anak."

"Kemudian mereka menyampaikan kepada teman-temannya." 

(Baca juga: Ahli Nujum yang Berhasil Ramalkan Tragedi 9/11, Prediksi 2 Peristiwa Besar di 2018, Padahal Sudah Wafat 21 Tahun yang Lalu)

Intifada adalah kisah perlawanan penduduk Palestina terhadap kekejaman Israel.

Pertama kali terjadi di tahun 1987 hingga 1993.

Aksi semacam ini identik dengan mobilisasi dan protes besar-besaran.

Dikutip wartawan Grid.ID dari Kompas.com, orang-orang Palestina memboikot setiap produk dan jasa milik Israel.

(Baca juga: Waduh, Ingatkan Suami yang Kecanduan Game Online, Seorang Istri Malah Diusir dari Rumah)

Segala kebutuhan sehari-hari dicukupi dengan mengkonsumsi usaha rumahan dari orang Palestina sendiri.

Penduduk mengelola universitas, klinik, maupun sekolah dengan cara sembunyi-sembunyi.

Intifada awalnya disulut atas tragedi ngeri yang terjadi pada 8 Desember 1987.

Kendaraan militer Israel mengejar mobil berisi 4 orang pekerja Palestina.

(Baca juga: Seorang Wanita Buang Air Besar di Pinggir Sungai, Tiba-tiba Ada Buaya Muncul, Kemudian Begini yang Terjadi)

Mereka akhirnya terbunuh hingga kemudian muncul protes besar-besaran di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Organisasi HAM asal Israel, B'Tselem, mencatat ada 1.070 orang Palestina terbunuh, 237 diantaranya masih anak-anak.

Di bawah perintah Menteri Pertahanan Israel saat itu, Yitzhak Rabin, komandan pasukan Israel diinstruksikan untuk mematahkan tulang setiap demonstran Palestina.

Hingga saat ini, kebijakan tersebut tetap dipertahankan.

Setiap kaum muda Palestina yang melakukan protes akan dibungkam dengan membedil tepat di lutut dan kaki.(*)