Find Us On Social Media :

Aksi Massa 22 Mei: Inilah 3 Alasan di Balik Keterlibatan Para Remaja yang Rela Datang dari Luar Jakarta untuk Berdemo

By Novita Desy Prasetyowati, Kamis, 23 Mei 2019 | 15:01 WIB

Aksi Massa 22 Mei: Inilah 3 Alasan di Balik Keterlibatan Para Remaja yang Rela Datang dari Luar Jakarta untuk Berdemo

Baca Juga: Rusuh Aksi 22 Mei, Inilah 4 Benda yang Disita Pihak Polda Metro Jaya dari Tangan Demonstran

2. Kelompok Preman

Ternyata, aksi yang ricuh di depan Asrama Brimob diketahui dilakukan oleh sekelompok orang bertato.

Hal ini seperti pernyataan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto dalam koferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Rabu (22/5/2019).

Baca Juga: Beredar Kabar TNI dan Polisi Serang Masjid dalam Aksi 22 Mei, Polisi Buru Penyebar Hoaks Tersebut

"Yang menyerang itu preman-preman yang dibayar, bertato," ujar Wiranto.

Preman-preman tersebut menyerang aparat keamanan termasuk asrama-asrama kepolisian yang dihuni oleh keluarga anggota.

3. Massa Bayaran

Baca Juga: Polisi Amankan 69 Orang Terduga Provokator Aksi 22 Mei: Ada Massa yang Masih Simpan Amplop Berisi Uang dan Ambulans Berisi Batu

Tak sedikit pula massa demonstran yang mengaku mendapat bayaran jika ikut aksi tersebut.

Hal ini seperti yang disampaikan Kapolri Jenderal Tito Karnavian seperti yang diwartakan Tribun Jakarta.

"Yang diamankan ini kami lihat, termasuk yang di depan Bawaslu, ditemukan di mereka amplop berisikan uang totalnya hampir Rp 6 juta, yang terpisah amplop-amplopnya. Mereka mengaku ada yang bayar," kata Tito dalam konferensi pers di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (22/5/2019).

Baca Juga: Aksi 22 Mei: Petamburan Sempat Mencekam karena Bom Molotov dan Gas Air Mata, Kini Malah Jadi Spot Foto Warga

Hal ini selaras dengan pengakuan Kadiv Humas Polri M Iqbal yang mengatakan phaknya menduga kericuhan dilakukan oleh massa bayaran.

Terbukti dari ditemukannya sejumlah amplop berisi uang dari massa yang telah berhasil diamakan.

"Ada juga massa yang masih simpan amplop, uangnya masih ada, dan kami sedang mendalami itu," ujar M Iqbal. (*)