Grid.ID - Jamil, tak kuasa menahan tangis saat mengingat kembali meninggalnya dua anak dan satu cucunya itu.
Ia melihat langsung tubuh dua anak dan satu cucunya tak berdaya di dalam dekapannya.
Ia merupakan korban selamat dalam peristiwa maut galian septic tank di Dusun Jurangpelen, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Rabu (27/12/2017).
Mereka yang meninggal adalah Mujiono, Suparno beserta anaknya Junaeri.
Ketiganya menghembuskan nafas di RS Pusdik Shabara Porong, Rabu (27/12/2017) siang.
Sebelumnya, mereka merupakan korban dari penggalian septic tank di rumahnya Suparno di Dusun Jurangpelen, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan.
Diduga kuat, ketiganya menghirup gas beracun saat membuat galian septic tank baru.
Sebelum menghirup itu, ketiganya terpleset dan akhirnya masuk ke dalam lubang septic tank sedalam kurang lebih 4,5 meter.
Jenazah mereka disemayamkan di rumah duka dan langsung dimakamkan.
Sedangkan satu orang lagi, Jamil, masih dirawat di RS Pusdik Sabhara Porong karena kondisinya kritis.
Kronologi lengkap kejadian
Jamil hadir sebagai seorang penyelamat.
Ia mengangkat dua anak dan satu cucunya itu dari galian septic tank sedalam 4,5 meter itu.
"Saya sebenarnya kesal sama orang - orang yang ada di lokasi. Mereka sudah datang di sini, tapi tidak ada yang mau turun menyelamatkan, hanya melihat saja," keluh Jamil, saat ditemui Surya di rumahnya.
Jamil sempat dirawat di RS Pusdik Sabhara Porong.
Kondisinya sempat drop karena sempat bertahan dan menyelam di dalam galian yang dipenuhi air dan kotoran.
Padahal, galian itu merupakan galian baru yang diduga mengalami kebocoran sehingga air dan kotoran yang dari galian septic tank lama masuk ke dalam galian baru.
Keterlaluan! Gara-gara Pelakor, Pria Ini Tega Membunuh Wanita yang Akan Dinikahinya
Saat ini, kondisi jamil sudah pulih.
Ia sudah dipulangkan dari rumah sakit.
Ia sudah kembali ke rumahnya.
Kondisinya sangat terpukul.
Tatapan matanya kosong.
Ia seolah tak percaya akan mengalami kejadian tragis seperti ini.
Mata Jamil pun berbinar.
Ia menceritakan kronologis awalnya.
Ia tidak tahu, anaknya Suparno ini dan Junaedi akan membuat septic tank baru.
Ia sebagai orang tua tidak pernah diajak cerita sampai terjadi kejadian seperti ini. "Saya gelo (Kecewa) kenapa saya tidak diajak cerita atau rundingan kalau mau membuat septic tank ini," paparnya seperti dikutip Grid.ID dari Surya.
Setelah itu, ia mengaku saat kejadian sekira pukul 09.00, ia sedang menjaga portal pintu di dekat rumaj anaknya itu.
Sekadar diketahui, desa ini merupakan desa yang dilewati truk sirtu dari beberapa tambang di kawasan perbukitan Gunung Prau. Jadi, wajar banyak portal dari warga yang selalu dijaga.
Saat menjaga portal, ia mendengar ada orang tenggelam di dalam galian. Pertama, ia tidak menghiraukannya.
Ia tetap melanjutkan pekerjaannya.
Tak lama, ia mendengar kabar bahwa yang tenggelam adalah Suparno, anaknya.
"Seketika itu saya langsung letakkan kotak portal jalan truk sirtu dan berlari ke lokasi itu," ungkapnya.
Pikirannya pun kacau kala itu.
Ia melihat banyak orang tapi tidak berbuat.
Lantas, ia mengambil tali tampar dan timba yang biasa digunakan untuk memgambil air dari sumur.
Ia masukkan tali itu ke dalam galian septic tank yang membuat anaknya temggelam.
Ia kaitkan tali ke tangan warga setempat.
Ia minta warga untuk menahan kuat tali itu.
Selanjutnya, ia pun turun secara perlahan menggunakan timba sebagai alas duduk. Tak lama ia sudah tiba di dasar galian.
Ia masuk ke dalam air yang dipenuhi dengan kotoran itu.
Ia berusaha kuat dan tahan nafas. Kata dia, baunya sangat tidak enak sekali. Dibuat nafas, itu susah.
Bahkan, sampai sekarang bau menyengat itu masih terasa.
"Baunya tidak enak. Tapi demi anak, saya kuat-kuatkan itu. Saya tahan nafas dan mulai mencari anak saya. Saya sampai ke bawah ini, tubuh anak saya sudah tidak ada," jelasnya.
Ia lantas menyelam dan mencari tubuh anaknya. Selanjutnya, ia menemukan tubuh anaknya Suparno, dan disusul Junaedi, cucunya.
Ia lantas mengangkat dan mengikatnya dengan tali.
Mbah Jamil, sapaan akrabnya lantas meminta warga di atas untuk menarik tali itu ke atas.
Perjuangannya pun belum selesai. Sampai di atas, mbah Jamil mendengar teriakan warga bahwa masih kurang satu.
Ada Mujiono yang belum ditemukan.
"Loh saya tidak tahu kalau Mujiono ikut tenggelam. Setahu saya , Mujiono ini biasa ikut saya menjaga portal, kok sudah bisa di sini. Tapi, saya tidak memikirkan itu dan saya langsung cari dia," imbuhnya.
Ia menyelam lagi ke dalam.
Sayang, usahanya gagal.
Beberapa kali menyelam , ia tak menemukan tubuh anak pertamanya ini.
Ia sempat putus asa dan tidak kuat lagi menahan bau menyengat di dasar galian. Namun, ia kembali mencobanya sekali lagi. Di percobaan terakhir, ia berhasil melihat kaus yang dikenakan Mujiono.
Ia tarik kaus itu. Namun, kausnya molor dan sobek. Mbah Jamil pun akhirnya menarik tangan anaknya itu.
Setelah berhasil ditarik dari dalam galian, ia meminta warga menurunkan tali untuk mengangkat Mujiono. "Terkahir saya, saya rasanya sudah tidak kuat, dan sempoyongan saat jalan," katanya sambil meneteskan air matanya.
Mbah Jamil mengaku, Mujiono dan Suparno ini merupakan anak kesayangannya. Keduanya sangat berbakti pada orang tua.
Ia tidak menyangka nasib dua anaknya akan seperti ini. "Semoga amal dan ibadah mereka diterima. Saya minta maaf kalau saya punya salah. Tapi yang harus jadi pelajaran, kalau mau apa-apa rundingan sama orang tua, biar saya carikan hari baiknya apa," tutup Mbah Jamil. (*)