Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (BMI), ditemukan bahwa rata-rata prevalensi obesitas adalah 21,3 persen di antara siswa yang terlibat dalam penelitian ini.
Studi ini menyimpulkan bahwa konsumsi makanan cepat saji mempengaruhi rasio wasit-hip (WHR) yang mempengaruhi BMI.
Baca Juga: Moeldoko Angkat Bicara Soal Ancaman Pembunuhan yang Dialamatkan Pada Fadli Zon
Berdasarkan WHR, prevalensi obesitas adalah 33,2 persen.
Ketika sampai pada pemahaman seberapa sering makanan cepat saji dikonsumsi, studi ini menemukan bahwa 72,4 persen orang memanjakan diri dalam makanan cepat saji setidaknya sekali dalam sebulan terakhir sebelum penelitian.
4. Nasi Putih dan Pasta
Indeks glikemik (GI) adalah parameter komparatif yang digunakan untuk mengukur bagaimana makanan tertentu meningkatkan kadar glukosa darah terhadap makanan lain.
Karbohidrat seperti roti putih, beras putih, dan pasta memiliki GI tinggi 70 atau lebih, sehingga mereka harus dimakan dalam jumlah yang lebih kecil.
Baca Juga: Jadi Single Parent, Nikita Mirzani Ungkap Perkembangan Putra Ketiganya
Kacang-kacangan, ubi jalar, buah-buahan, dan sayuran non-tepung memiliki GI rendah di bawah 55.
Nasi putih dan pasta putih tidak memiliki banyak serat dan protein, sehingga nutrisi terbatas dan tidak membawa banyak manfaat kesehatan.
Mengontrol asupan karbohidrat adalah salah satu cara untuk bertahan hidup dari diabetes, karena karbohidrat jenis ini mempengaruhi kadar glukosa darah.