Find Us On Social Media :

Pendidikan Berorientasi Fisik, Ternyata Inilah Rahasia Pendidikan TK di Jepang Hingga Hasilkan Alumni yang Sukses

By Jeanne Pita, Sabtu, 30 Desember 2017 | 13:10 WIB

Pendidikan TK di Jepang yang berorientasi fisik

Laporan Wartawan Grid.ID, Septiyanti Dwi Cahyani

Grid.ID – Kalau mendengar kata Jepang, apa yang pertama kali terlintas di pikiranmu?

Negeri Matahari Terbit ini tidak hanya terkenal dengan keindahan alam dan budayanya.

Variasi kuliner yang beragam juga menjadi salah satu daya tarik negeri Doraemon ini.

(BACA: Kabar Gembira Nih! Along With The Gods Akan Segera Tayang Dalam Versi Drama)

Soal teknologi, negara ini tidak bisa diragukan lagi.

Jepang menjadi negara paling maju teknologinya di wilayah Asia.

Tidak hanya kuliner dan budayanya saja yang unik.

Ada salah satu sekolah taman kanak-kanak di Jepang yang menerapkan metode Pendidikan yang anti-mainstream.

(BACA: Seorang Wanita Nekat Bunuh Diri dengan Terjun dari Lantai 102 Gedung Pencakar Langit, Alasannya...)

Umumnya, anak-anak seusia TK akan diajak untuk bermain sambil belajar, mengenal huruf atau belajar bernyanyi.

Namun hal itu tidak akan kamu temukan di dalam TK Buddy Sports di Setagaya Ward, Tokyo.

Dilansir Grid.ID dari nakita.id, metode Pendidikan yang digunakan di sekolah ini adalah Pendidikan berorientasi fisik.

Setiap harinya anak-anak memulai kegiatan belajarnya dengan jogging sejauh 3 kilometer.

(BACA: Dikecup Manja Sang Adik, Begini Penampilan Simpel Ayu Ting Ting dengan Sandal yang Harganya Nggak Main-main)

Kelas baru akan dimulai pukul 10 pagi waktu setempat.

Bagi anak-anak, tentu ini adalah hal yang sangat sulit.

Apalagi bagi mereka yang tidak terbiasa dengan latihan fisik semacam ini.

Hampir tidak ada toleran untuk anak-anak yang tertinggal.

(BACA: 5 Pasangan Selebriti Korea yang Kisah Cintanya Mirip Seperti Film, Song Song Couple Salah Satunya)

Mereka harus tetap mengejar teman-teman mereka.

Guru baru akan memberhentikan anak tersebut ketika ia menangis.

Jogging ini merupakan kegiatan rutin di TK yang memiliki motto “cobalah yang terbaik” ini.

Di sekolah ini, anak-anak yang berusia tiga sampai enam tahun didorong untuk mencapai batas kekuatan maksimum mereka.

(BACA: Maia Estianty Habiskan Malam Bersama Kekasih Al Ghazali dan El Rumi, Netizen: Bunda Kayak Seumuran Sama Calon-calon Mantunya!)

Hal ini dilakukan agar anak-anak menjadi lebih mandiri dan bisa mengalahkan rasa takut di dalam tekanan.

Ketika ada anak yang terjatuh pada saat pelatihan ski, alih-alih berhenti, para guru justru meminta para siswa agar terbiasa bangkit sendiri ketika mereka terjatuh.

Awalnya, banyak yang mengecam metode pendidikan di sekolah ini karena dianggap sebagai bentuk child abuse.

Namun, mereka semua berubah pikiran setelah melihat anak-anak itu kembali bermain dengan gembira tanpa memperlihatkan rasa lelah.

Selain jogging, ada beberapa jenis olahraga lainnya yang juga diajarkan di sekolah ini seperti basket, tenis dan gymnastic.

(BACA: Selamat! Gong Yoo Dapat Penghargaan ini Berkat Drama Goblin lho)

Untuk anak-anak yang sudah lebih besar, mereka akan diajak untuk mendaki gunung Fuji sampai pos ke tujuh.

Perjalanan ini memakan waktu sekitar lima jam.

Menurut Suzuki sang pendiri TK itu, ia berharap agar anak-anak berani mencoba hal-hal baru untuk mencapai impiannya.

TK ini kemudian menjadi sangat populer karena metode pendidikan yang diterapkan.

Bukannya takut, para orang tua justru tertarik dengan model pendidikan yang diterapkan di sekolah ini.

(BACA: Putrinya Meninggal Usai Rayakan Ulang Tahun, Ini Sosok Bos Indomie, Fransiscus Welirang)

Alumni yang berasal dari sekolah ini juga banyak yang sukses.

Seperti atlit lari marathon, Yuki Kawauchi, sampai bintang sepak bola Yoshinori Muto.

Sebagai standar kelulusan dari sekolah ini, anak-anak diharuskan bisa melakukan headstan (berdiri di atas kepala), backflips (salto ke belakang) dan lompat jauh.

Sekarang ini sudah ada tujuh cabang TK Buddy Sports di Tokyo.

Dan selama 30 tahun sekolah ini berdiri belum pernah terdengar kabar ada alumninya yang gagal. (*)